Setiba di pelabuhan, aku tak melihat lelaki itu. Hanya orang-orang yang berkerumun di warung Barzizah. Mereka ramai membicarakan tentang orang gila yang ditangkap oleh sekawanan security pelabuhan. Mereka pula ramai membicarakan bahwa para security telah menghajar orang gila itu, sebelum melemparkan tubuhnya yang dekil ke atas truk sampah.
"Apakah orang gila yang dimaksud Tuan Chairil?" tanyaku pada Barzizah. "Kenapa ia ditangkap? Salah apa, Yu?"
"Mengganggu orang-orang di pelabuhan."
Aku tertawa lantang, saat mendengar jawaban Barzizah. Bukan menertawakan pemilik warung itu, melainkan kenaifan tindakan dari sekawanan secutiry pelabuhan yang tugasnya tak lebih sebagai kacung penguasa. Menertawakan penguasa yang matanya tak lagi jeli membedakan mana orang gila, mana orang waras. Aku terus tertawa sambil menyusuri tepian pelabuhan itu. Hingga orang-orang yang masih berkerumun di warung itu, mengatakan kalau aku telah gila.