"Rencana apa itu?"
"Membinasakan orang-orang serigala. Bila mereka telah binasa, Dulkemit akan menjual wilayah kampung Serigala kepada mantan penguasa terkaya yang memiliki hubungan erat dengan pajabat tinggi negara."
Aku terperangah seusai mendengar jawaban Kiai Miswan. Karenanya, aku tidak menyertai beberapa warga untuk melaporkan kasus tewasnya Lurah Dulkemit ke kantor polisi. Aku pun tidak membantu, manakala ribuan orang berseragam dan bersenapan membinasakan orang-orang serigala. Aku hanya bisa mendoakan agar mereka dapat tinggal di negeri arwah yang paling damai.
***
SETAHUN kemudian. Aku lebih dibuat terperangah, saat menyaksikan Kampung Serigala menjadi kawasan pabrik. Konon pabrik-pabrik yang dibangun di atas genangan darah orang-orang serigala itu milik pengusaha terkaya. Orang-orang yang memiliki relasi dekat dengan pejabat tinggi negara.
Sejak pabrik-pabrik itu beroperasi, orang-orang Nguditentrem mulai suka minum air limbah. Memakan plastik, semen, diterjen, dan pengawet mayat. Hingga kelak, mereka akan serupa mayat-mayat yang berkeliaran sebagai vampir atau drakula. Kebiadaban mereka akan melampaui orang-orang kanibal yang tega memangsa saudara, istri, dan anak-anak mereka sendiri. [Sri Wintala Achmad]