Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Harga Beras Melambung Tinggi, Sampai Kapan?

17 Desember 2023   09:52 Diperbarui: 17 Desember 2023   09:57 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini masyarakat kembali dipusingkan dengan melambungnya harga beras di pasaran. Saat ini harga beras terus merangkak naik dan sepertinya belum akan berhenti dalam waktu dekat. Kenaikan harga beras yang gila-gilaan di tengah lesunya daya beli masyarakat golongan menengah ke bawah tentu saja menyebabkan terjadinya guncangan atau kontraksi ekonomi.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan tingginya harga beras di pasaran telah menyebabkan terjadinya inflasi yang kini telah berada di angka 13,76% (yoy) pada bulan Agustus 2023. Inflasi yang terjadi pada bulan Agustus ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2015.

Jika kenaikan harga beras di pasaran terus merangkak naik dan tanpa disertai dengan upaya yang serius dari pemerintah untuk segera menstabilkan kembali harga beras demi meredam gejolak yang akan mengikutinya. Dikhawatirkan dalam waktu dekat kenaikan harga beras yang tidak terkendali ini bisa memicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya yang akan dibarengi dengan naiknya inflasi yang semakin tinggi.

Keadaan saat ini bisa menjadi indikasi awal akan terjadinya krisis pangan yang sewaktu-waktu bisa berubah menjadi krisis ekonomi dan bisa berdampak sangat serius bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Saat ini fundamental ekonomi Indonesia sebagian besar masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Jika masyarakat sudah tidak mampu lagi membeli beras yang harganya terus melambung tinggi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada saat itulah sektor konsumsi rumah tangga akan langsung menurun drastis atau bahkan berhenti sama sekali, dan kondisi ini akan menjalar ke sektor lainnya sehingga akan menimbulkan efek domino bagi perekonomian Indonesia.

Situasi yang tengah dihadapi oleh pemerintah saat ini terasa semakin rumit, manakala Indonesia sedang memasuki tahun-tahun politik yang di mana tensinya sudah mulai terasa meninggi dan memanas. Keadaan yang terjadi saat ini juga diperparah dengan situasi geopolitik global yang penuh dengan ketidakpastian, ketegangan, serta gejolakmulai dari krisis di Ukraina yang sampai sekarang masih terus memanas, adanya ketegangan di Laut Cina Selatan yang melibatkan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, belum lagi ketegangan antara Cina dan Taiwan yang sewaktu-waktu bisa berubah menjadi perang terbuka yang pasti memiliki dampak sangat serius bagi perekonomian global.

Pemerintah dalam waktu dekat ini sepertinya masih belum bisa untuk segera menstabilkan harga beras di pasaran. Mengingat situasi di dalam negeri sendiri terdapat begitu banyak masalah yang tengah membelit, dan salah satunya ada di sektor pangan. Mulai dari naiknya harga gabah kering giling (GKG) di petani karena disebabkan sedikitnya hasil panen, mengingat bulan September ini telah melewati masa panen raya yang biasanya terjadi pada bulan Februari dan Maret.

Adanya fenomena El Nino yang mengakibatkan musim kemarau tahun ini lebih panas dan lebih lama dari tahun-tahun sebelumnya. Dampaknya ialah banyak dari lahan persawahan yang mengalami kekeringan ekstrem karena tidak mendapatkan cukup air untuk irigasi dan akibatnya terjadilah gagal panen di berbagai wilayah. Dengan banyaknya lahan persawahan yang mengalami gagal panen, otomatis ketersediaan beras di dalam negeri juga akan semakin berkurang. Dan ini akan membuat harga beras akan terus mengalami kenaikan secara signifikan.

Untuk mengatasi kenaikan harga beras di dalam negeri yang semakin tidak terkendali ini. Pemerintah dalam waktu dekat berencana akan membuka kembali kran impor beras dari luar negeri terutama dari India, Kamboja, dan Thailand untuk dapat segera menstabilkan harga beras di dalam negeri. Akan tetapi, rencana dari pemerintah tersebut nampaknya akan mengalami hambatan yang serius dan sepertinya belum dapat terwujud dalam waktu dekat.

Mengingat, beberapa negara produsen beras dunia seperti India telah lebih dulu mengumumkan akan menutup pintu ekspor berasnya dan lebih mengutamakan untuk mencukupi kebutuhan di dalam negerinya. Pemerintah dalam situasi genting seperti sekarang ini harus bisa melobi negara-negara produsen beras lainnya di kawasan Asia Tenggara agar bersedia membuka kran ekspornya supaya kebutuhan beras di dalam negeri dapat segera tercukupi, dan kenaikan harga beras yang telah memberatkan masyarakat dapat segera diturunkan kembali.

Berdasarkan dari data yang dikeluarkan oleh BPS, saat ini kebutuhan beras nasional untuk periode Januari-September 2023 diproyeksikan meningkat tajam, mencapai 22,89 juta ton. Dan stok beras nasional saat ini, dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) per 28 Agustus 2023 sebesar 1,54 juta ton.

Dari data yang telah disampaikan, terlihat jelas bahwa saat ini Indonesia masih mengalami defisit stok beras yang sangat signifikan. Jika kekurangan stok beras dalam negeri masih belum bisa terpenuhi dalam waktu dekat ini. Bisa dipastikan kenaikan harga beras di pasaran akan terus terjadi bahkan hingga sampai akhir tahun 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun