Sebuah fenomena yang masih sering kita temu dan dengarkan dari umat Islam hari ini adalah pengagungan berlebihan terhadap kebesaran sejarah Islam.
Dan pada level selanjutnya, kita terlalu meromantisasi dan menggaungkan bahwa kita punya sejarah yang hebat dan besar.
Ketika kita melihat realita bagaimana dunia Barat dengan segala kemajuannya hari ini, kita seringkali melakukan pelarian dengan mengingat-ingat kembali kebesaran sejarah Islam tanpa benar-benar mau bergerak dan mempelajarinya lebih dalam.
Kita ingin memberi kesan superioritas atas Barat tapi dengan cara yang salah. Padahal cara ini justru menunjukkan seberapa rendah level inferioritas kita hari ini.
Kita seakan lupa bahwa sejarah tetaplah sejarah. Yang dimana itu terjadi di masa lalu. Alih-alih kita mempelajari hal-hal apa yang bisa membuat pendahulu kita bisa sehebat itu termasuk kesalahan-kesalahan apa yang membuat mereka akhirnya berakhir, kita justru sering hanya membanggakan pencapaian pendahulu kita untuk tameng inferioritas kita hari ini di depan muka dunia Barat.
Padahal, di sisi lain, kita seringkali takjub dengan kemajuan dunia Barat hari ini. Kita seringkali berangan-berangan bagaimana dunia Islam hari ini andaikata bisa seperti mereka.
Ya. Kita hanya berangan-berangan. Hanya membayangkan. Lalu, kembali menemukan realitas yang terjadi hari ini bahwa kita masihlah tertipu dengan kekaguman kita sendiri pada Dunia Barat.
Kita masih tertipu dengan kebanggan masa lalu kita sendiri. Kita masih seringkali mengatakan bahwa sejarah Islam punya sejarah yang lebih agung dari peradaban Barat seperti hari ini. Tentu, itu memang benar.
Tapi, pertanyaannya, apakah kita sudah benar-benar mau dan mengusahakan untuk menjadi dan meraih kehebatan seperti para pendahulu kita di masa lalu?
Ada begitu banyak kelemahan kita hari ini. Dan menurut saya, semua itu bermuara pada begitu lemahnya persatuan kita.
Kita terlalu terpaku dengan batas imajiner dan konsep pemikiran yang bernama Nasionalisme. Nasionalisme tak ubahnya tembok pembatas pikiran kita. Kalau anda tidak senegara dengan saya, berarti anda bukan teman saya.