Saya tertarik dengan pandangan Gita Wirjawan bahwa penekanan terhadap aspek profesionalitas guru dalam memberikan pengajaran pada siswa lebih penting dari kurikulum yang diterapkan.
Gita mengatakan, bahwa "guru yang bisa membawakan pengajaran dengan strategi yang lebih menyenangkan (storytelling misalnya), jauh lebih berpotensi untuk membentuk murid yang mahir dalam pengajaran tersebut."
Menurut saya ini menarik. Karena selama ini, kita terlalu terkungkung terhadap model kurikulum yang perlu diterapkan dan cocok itu seperti apa. Apalagi, realita yang berjalan selama ini, seringkali ketika menteri Pendidikan kita berganti, maka kurikulum pun juga bisa ikut berganti.Â
Guru adalah subjek yang tentunya akan menjalankan kurikulum yang berlaku. Begitulah kira kira pandangan sebagian besar dari kita selama ini. Namun, pemikiran yang ditawarkan Gita sedikit berbeda.
Akan lebih efektif jika guru sedikit dibebaskan dari kakunya penerapan kurikulum yang sudah ditentukan. Pola pembelajaran yang dibawakan seharusnya berorientasi pada kebutuhan dan problematika di lapangan, dimana kegiatan pembelajaran itu berlangsung.Â
Disinilah guru perlu diberikan kebebasan yang cukup untuk mengolah, memikirkan dan menerapkan model pembelajaran apa yang kira kira bisa sesuai dengan kebutuhan para siswa.Â
Ada 2 faktor penunjang yang perlu diterapkan untuk mencapai ide itu ;
Pertama, pemilihan & perekrutan guru terbaik.
Korea Selatan adalah salah satu contoh yang bisa ditiru dalam hal ini.
Pemilihan kandidat guru di Korea Selatan sangatlah kompetitif. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kualitas guru dengan standar tinggi dan hanya mereka yang terbaiklah yang dapat mengajar. Hal ini menjadi salah satu faktor suksesnya pendidikan di Korea Selatan. Â
Kedua, jaminan atas kesejahteraan guru.