Mohon tunggu...
Achmad Thoriq
Achmad Thoriq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Achmad Thoriq

Sejenis Homo Sapiens bertipe Malayan Mongoloid

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Respon Masyarakat dan Tokoh Agama dalam Menyikapi Pandemi

23 Oktober 2021   14:41 Diperbarui: 23 Oktober 2021   14:45 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pandemi covid 19 telas menyerang semua sektor di dunia, mulai dari sektor ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan, dan lain sebagainya. Virus covid 19  ini telah menyebar keseluruh dunia sejak hampir dua tahun belakangan. Virus ini mulanya berasal dari Wuhan di China, himgga terus meluas ke seluruh dunia tak terkecuali negara kita yakni Indonesia.

Di Indonesia sendiri, virus covid 19 ini, mulai masuk pada awal marettahun 2020 di daerah Depok. Hingga saat ini korban dari positif covid 19 di tanah air kita kurang lebih sekitar 4,24 jt kasus, dan kurang lebih 143 rb jiwa telah meninggal dunia.

Saat ini, di Indonesia telah melaksanakan PPKM SEJAK 3 Juli 2021, PPKM itu sendiri sinhkatan dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, maksud dari dilaksakanya PPKM ini tak lain untuk mengatasi pertumbuhan laju positif Covid 19 di Indonesia. Sehingga dengan berlakunya PPKM ini diharapkan dapat mencegah penuralan virus Covid 19 dan memberhentikan laju dari penularan virus tersebut di Indonesia.

Kalangan dari masyarakat khususnya umat beragama, memiliki beberpa cara pandang dalam menyikapi pandemi covid 19 ini. Untuk umatIslam di Indonesia sendiri juga memiliki beberapa cara pandang yang diantaranya, yang pertama sebagian umat islam menganggap bahwa pandemi dari virus covid ini merupakan azab yang didatangkan oleh Allah SWT, sebagian yang lainya menganggap bahwa virus ini merupakan bencana alam, selanjutnya yang ketiga tak sedikit pula yang menganggap bawa pandemi ini merupakan cobaan yang Allah berikan kepada umatnya, dan Allah sengaja menurunkan virus ini untuk menguji keimanannya. Yang selanjutnya sebagian masyarakat menganggap bahwa pandemi ini merupakan koreksi atas kelalian, kesalahan,oleh umat manusia dalam menjaga ekosistem alam, sehingga Allah mendatangkan virus ini untuk menyeimbangkan dunia ini kembali.

Telah disebutkan bahwa, akibat pandemi ini semua sektor diserang mulai dari sektor ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan, dan lain sebagainya. Terjadi polemik di dalam masyarakat dalam menyikap pandemi ini tak terkecuali Tokoh Agama disuatu masyarakat. Artikel ini saya buat dari penelitian yang saya lakuakan di daerah Dusun Karangasem Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh Kbupaten Banyuwangi, dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif atau dengan metode perspktif dari si peneliti itu sendiri.

Hasil dari penelitian itu sendiri ialah, terdapat beberapa kubu dalam  masyarakat dan juga di antara Tokoh Agama dalam menyikapi pandemi ini. Penelitian ini dialakuakan sejak awal berlakunya PPKM dan masih berjalan sampai sekarang, bahkan mungkinsampai nati sampai PPKM telah diadakan atau bahkan virus covid 19 ini sudah bisa dianggap suatu virus yang tidak terlalu berbahaya seperti sekarang. Kubu kubu dalam masyarakat ini memiliki perbedaan  pendapat dan saling bertolak belakang, yang diantaranya yaitu:

Yang pertama yaitu kubu yang menganggap bahwa pandemi covid 19 ini benar benar ada dan harus di waspadai. Di dalam kubu ini mempunyai ciri seperti memiliki latar belakang kesehatan, dan terdapat salah satu anggota keluarngga yang berlatar belakang di dunia kesehatan. Pada masa awal PPKM berlangsung, pemerintah menghimbau bahwa sholat Jumat sementara di tiadakan, dan di kubu ini mereka menjalankan kebijakan dari pemerintah meskipun beliau adalah seorang Tokoh Agama. Mereka menganggap bahwa, kebijakan dari pemerintah adalah kebijakan yang terbaik untuk semua kalangan, dan juga demi kesehatan dari masyarakat sekitar maka mereka setuju meniadakan sholat Jumat untuk sementara. Dan untuk kegiatan kegiatan keagamaan lainya, masyarakat di kubu ini juga mengurangi kegiatan tersebut seperti, tahlilan malam Jumat, istigosah rutin, dan bahkan mereka enggan menghadiri hajatan tetangganya dan lebih baik memberikan salam dan menitipkan amplop jauh hari sebelum hajatan tersebut dilaksanakan.

Yang selanjutnya yaitu kubu dari Tokoh Agama yang menganggap bahwa pandemi covid 19 memang ada tetapi mereka tidak mau melakukan apa yang diperintahkan oleh pemerintah. Mengapa demikian? Menurut yang saya ketahui dari pembicaraan  mereka ialah, mereka beranggapa bahwa pandemi covid 19 ini memang terjadi dan mereka mengakui hal tersebut akan tetapi mereka beranggapan bahwa pemerintah memasukan unsur unsur politik didalamnya. Hal tersebutlah yang menjadikan mereka memiliki sifat ketidak percayaan terhadap pemerintah dalam menyikapi pandemi ini. Dalam bersosial mereka juga menjaga kesehatanya seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Akan tetapi dalam pemberlakuan PPKM yang dimulai pada tanggal 3 Juli 2021 lalu mereka tidak terlalu mengikutinya, buktinya mereka masih mencari majid yang melaksakan sholat Jumat, sedangkan dalam aturan yang berlaku di masa PPKM ini sholat Jumat sementara ditiadakan. Dan bagusnya mereka masih menaati aturan 3M tersebut.

Kubu yang selanjutnya tidak kalah menarik, yakni kubu dari Tokoh Agama dan masyarakat yang tidak percaya akan pandemi covid 19 dan aturan dari pemerintah mengenai pandemi ini.  Masyarakat dalam kubu ini terkenal sangat frontal dalam semua hal tentang pandemi covid 19 ini. Mereka selalu mendoktrin masyarakat yang lain agar tidak mempercayai dan mematuhi segala perintah dari pemerintah. Entah mengapa, rata rata masyarakat yang mengamggap virus ini tidak ada semuanya bersifat keras, mereka sangat tidak senang dengan pembicaraan tentangt pandemi ini, dan lagi lagi mereka berusaha untuk menepis anggapan tentang pandemi ini.

Masyarakat dari kubui ini memiliki musuh alami yankni dari kubu yang percaya akan virus ini. Mereka selalu berdebat tentang pandemi ini dan mereka berdua sangatlah memertahankan pendapatnya. Seperti contohnya, waktu awal PPKM ini berlangsung, terdapat sebuah kebijakan tentang dilarangnya sholat Jumat berjamaah di masjid untuk sementara, mereka saling berdebat mengenai hal tersebut. Dan kebetulan dua tokoh tersebut merupakan orang yang sangat dihormati di desa ini. Hingga timbul saling fitnah, bukan dari kedua tokoh tersebut melainkan pengikut dari pendapat dua tokoh tersebut, kejadian ini sangat memanas hingga akhirnya sedikit redam di minggu ketiga berlangsungnya PPKM.

Diluar desa ini terlihat sangatlah aman, tetapi dilingkup masyarakat desa ini sangatlah menyeramkan, karena peristiwa tersebut. Kedua kubu tersebut sangatlah kekeh dengan pendapatnya, dan tidak ada yang mengalah sedikitpun. Kubu percaya covid terus mendoktrin patuhilah 3M yakni, memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Mereka menjaga desa ini agar terbebas dari adanya covid 19. Sedangkan dari kubu yang tidak percaya covid mereka terus mendoktrin bahwa virus ini sebenarnya tidak ada, virus ini buatan dari china, dan virus ini merupakan lahan jualan bagi pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun