Mohon tunggu...
Achi Hartoyo
Achi Hartoyo Mohon Tunggu... https://achihartoyo.id

https://achihartoyo.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyapa Diri dengan Merayakan Kehadiran, Keberadaan, dan Sadar Penuh

5 April 2025   10:57 Diperbarui: 30 April 2025   10:28 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perjalanan hidup yang terus bergerak, saya pernah singgah sejenak di beranda Zen. Bukan untuk menjadi seorang biksu atau meleburkan diri dalam aliran tertentu, atau berpindah keyakinan, tapi untuk mengenali apa yang selama ini tak saya beri cukup perhatian: kehadiran saya sendiri. Zen tidak saya pelajari secara mendalam, tapi sebagai inspirasi yang mengetuk pelan kesadaran saya akan pentingnya hadir, benar-benar hadir, dalam hidup yang saya jalani.

Dari pengalaman itu, saya mulai menyadari bahwa kehadiran bukan soal duduk diam dalam meditasi panjang, melainkan tentang bagaimana kita mengizinkan diri untuk ada. Bukan dalam bayang-bayang masa lalu, bukan pula dalam kecemasan masa depan, tetapi dalam denyut yang nyata saat ini. Maka dimulailah perjalanan menyapa diri dengan merayakan kehadiran, keberadaan, dan kesadaran penuh.

Menjadi Saksi Diri dari Perjalanan Kesadaran

Kita terbiasa menilai, menuntut, dan menafsirkan diri sendiri dengan sangat keras. Padahal, langkah awal menuju kesadaran bukanlah memperbaiki, tetapi menyaksikan. Menjadi saksi bagi pikiran yang lalu-lalang, emosi yang naik-turun, dan tubuh yang kadang lelah. Dalam menyaksikan, tak ada yang perlu diubah atau ditolak---kita hanya diminta untuk hadir dan melihat.

Menjadi saksi diri berarti memberikan ruang bagi segala yang muncul, tanpa reaksi berlebihan. Kita belajar memeluk perasaan tanpa harus larut, mengamati pikiran tanpa harus memercayainya. Ini bukan bentuk pasrah, tapi bentuk keberanian: untuk tidak selalu bereaksi, untuk tidak selalu mengendalikan. Dalam ruang ini, kita menemukan bahwa kita bukan hanya isi dari pikiran dan perasaan itu.

Kesadaran pun tumbuh perlahan. Seperti cahaya pagi yang menyingkap kabut, menjadi saksi diri membantu kita melihat siapa kita tanpa topeng, tanpa narasi. Hanya ada kehadiran yang lembut dan jernih. Di sanalah perjalanan dimulai---bukan dengan gegap gempita, tapi dengan diam yang menerima.

Hidup di Titik Kini, Hadir di Saat Ini

Kehidupan seringkali menyeret kita ke masa lalu yang sudah tak bisa diubah, atau masa depan yang belum tentu terjadi. Akibatnya, kita jarang betul-betul berada di sini---di momen ini, di tempat ini. Padahal, hanya di sinilah kehidupan sungguh-sungguh berlangsung.

Hadir utuh di saat ini bukan perkara mudah. Pikiran kita terbiasa mengembara, mencari makna, menyusun rencana, atau sekadar mengulang kejadian lama. Namun, saat kita melatih diri untuk kembali ke napas, ke suara di sekitar, ke sensasi di kulit---kita menemukan bahwa keajaiban selalu tersembunyi dalam hal-hal sederhana.

Melatih hadir bukan sekadar praktik spiritual. Ini adalah seni hidup. Ketika kita mampu berada sepenuhnya di sini, bahkan tugas harian yang membosankan pun bisa terasa berarti. Seperti minum segelas air dengan penuh kesadaran: tidak sekadar meneguk, tapi sungguh merasakan hidup mengalir masuk ke dalam diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun