Mohon tunggu...
Abyan Raqy Akeyla
Abyan Raqy Akeyla Mohon Tunggu... Lainnya - samudra awan

XI MIPA 3 (Absen 1) SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maju Terus! Atsushi!

25 November 2020   20:05 Diperbarui: 25 November 2020   20:10 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sinar matahari pagi yang menyorot wajah perlahan membuat Atsushi bangun. Usai berbenah, ia beranjak ke sekolah SMA yang letaknya tak jauh dari apartemen kecilnya. Setiap hari ia lalui seorang diri dengan tatapan pasrah bak tidak punya harapan hidup. Atsushi terpaksa hidup sendiri sejak bayi karena keluarganya tewas dalam insiden kebakaran. Ia bahkan tidak pernah melihat kedua orang tuanya secara langsung. Sejak kecil, kebutuhan hidupnya bergantung pada pamannya yang merupakan seorang pelatih bola basket.

Duduk di tahun pertama SMA tidak membuat Atsushi tertarik akan banyak hal, ia hanya ingin supaya hidupnya tidak menjadi beban orang lain. Suatu ketika, ia berjalan melewati lapangan basket sekolahnya dan melihat pamannya sedang melatih tim basket. Entah mengapa ia begitu tertarik dengan olahraga yang satu ini, ia pun menyempatkan waktu untuk menonton dari tribun. "Oi jangkung! Kemari dan bermainlah!" teriak salah satu senior di tim basket itu. Sontak Atsushi pun kaget, memang jika dilihat dari posturnya ia terlihat sangat besar dan cocok untuk olahraga basket. Bayangkan saja, seorang remaja yang baru berusia 16 tahun mempunyai tinggi 198 cm.

Atsushi langsung turun dan bermain memanfaatkan postur tubuhnya. Memang benar ia sering menonton liga basket professional, tetapi ia tidak pernah benar benar bermain bola basket sebelumnya. Orang-orang dalam latihan bebas itu kaget bukan main, mereka semua kewalahan menghadapi serangan dari Atsushi. Dunk dan block sudah lihai ia lakukan walaupun itu adalah pertama kalinya ia bermain. Usai latihan, kapten tim dan pelatih Amir yang merupakan pamannya mengajak Atsushi untuk bergabung dengan tim basket sekolahnya. Jika ia terus berkembang dan giat, bukan tidak mungkin dirinya akan menjadi starter untuk turnamen yang diikuti tim tersebut.

"Paman, aku tidak tahu kemana tujuanku selama ini. Tetapi setelah bermain bola basket tadi, aku merasakan sesuatu yang berbeda, sebuah keyakinan," unggah Atsushi krpada pamannya dalam perjalanan pulang.

Pamannya menjawab, "Terkadang memang sulit menentukan tujuan dalam hidup ini. Tetapi suatu hal yang pasti, jangan pernah berhenti untuk terus mencoba dan berusaha. Jika kita mendapatkan sebuah keyakinan, hendaknya terus berusaha mewujudkan keyakinan tersebut agar berguna bagi hidup kita." Atsushi tersenyum, dia menampilkan wajah yang berbeda saat pulang di hari itu. Mulai saat itu ia sadar akan potensi dan kemampuan yang bisa ia gali lebih dalam yaitu menjadi pemain basket.

Hari demi hari Atsushi lalui dengan penuh semangat dan kerja keras, terlihat dia menjadi pemain basket SMA yang sangat tangguh. Dan benar saja, ia menjadi pemain utama termuda di tim basket sekolahnya. Ia berhasil membawa tim sekolahnya hingga ke kejuaraan tingkat nasional. Suatu ketika menjelang pertandingan final, pelatih Amir menjadi korban tabrak lari dan dinyatakan kritis. Semua pemain termasuk Atsushi bergegas ke rumah sakit melihat kondisi pelatih sekaligus pamannya itu.

Atsushi langsung memasuki kamar yang dituju, dia sangat sedih melihat keadaan pamannya yang sudah tidak berdaya. Atsushi menghampiri dan menangis sambil memegang tangan pamannya.

"A... At... su... shi... Dengarkan aku, jika aku sekarang pergi untuk selamanya, jangan terlalu terlarut dalam kesedihan. Ingatlah, tidak peduli berapa banyak orang yang meninggalkanmu, janganlah berpikir bahwa kamu akan sendiri. Percayalah bahwa akan ada banyak orang yang datang ke hidupmu membawa kebaikan. Maju terus, Atsu...."

Saat itu juga pelatih Amir meninggal dunia. Atsushi sangat terpukul atas kepergian orang terdekatnya, sekarang ia tidak punya siapa siapa lagi. Tetapi ia sadar, perkataan terakhir dari pamannya tersebut benar adanya dan dia tidak boleh terpaku dalam kesedihan. Dia bertekad untuk memenangkan pertandingan final tersebut untuk paman sekaligus pelatih yang membawanya sampai sejauh ini.

Tibalah hari pertandingan final, Atsushi dan timnya tampak penuh dengan keyakinan meskipun duka masih menyelimuti mereka. "Mainkan press defense, masukkan bola lewat fast break dan 3 point!" Ucap Atsushi memimpin timnya di pertandingan tersebut. Bola dilambungkan, pertandingan dimulai dan Atsushi bermain penuh semangat. Di paruh pertama, timnya unggul 20 poin atas lawannya.

Memanfaatkan postur dan kelihaian menempakan posisi, ia berhasil memimpin timnya menuju kemenangan. Di tahun pertama SMA, Atsushi berhasil memenangkan kejuaraan nasional meskipun harus ditinggal orang terdekatnya. Ia dan timnya seperti melihat mimpi yang menjadi nyata, dengan bakat dari sebuah anak baru, mereka bisa memenangkan kejuaraan nasional. Mereka semua mempersembahkan kemenangan tersebut untuk mendiang pelatih mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun