Mohon tunggu...
Abu Tajir
Abu Tajir Mohon Tunggu... Freelancer - Bakul buku

Bakul buku yang hobi duit, nulis dan mengolah manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rajin Ibadah tapi Munafik, Kok Bisa? (Tafsir Surat Al-Maun) | Buya Hamka

7 April 2021   21:39 Diperbarui: 7 April 2021   21:45 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang seperti ini pun termasuk yang mendustakan agama. Karena dia mengaku menyembah Tuhan, padahal hamba Tuhan tidak diberinya pertolongan dan tidak dipedulikannya.

Dengan ayat ini jelaslah bahwa kita sesama Muslim, terutama yang sekeluarga dan yang bertetangga, harus ajak mengajak, galak menggalakkan supaya menolong anak yatim dan fakir miskin itu menjadi perasaan bersama, menjadi budi pekerti yang umum.

Az-Zamakhsyari menulis dalam tafsirnya, tentang apa sebab orang-orang yang menolakkan anak yatim dan tidak mengajak memberi makan fakir miskin dikatakan mendustakan agama.

Kata beliau: "Orang ini nyata mendustakan agama karena dalam sikap dan laku perangainya dia mempertunjukkan bahwa dia tidak percaya inti agama yang sejati, yaitu bahwa orang yang menolong sesamanya yang lemah akan diberi pahala dan ganjaran mulia oleh Allah. Sebab itu dia tidak mau berbuat ma'ruf dan sampai hati menyakiti orang yang lemah. Kalau dia percaya akan adanya pahala dari Tuhan dan yakin akan balasan llahi, tentu dia takut akan
Tuhan dan takut akan siksaan dan azab Tahan, dan tidaklah dia akan berani berbuat begitu kepada anak yatim dan si miskin".

Kalau telah ditolakkannya anak yatim dan didiamkannya saja orang miskin minta makan, jelaslah bahwa agama itu didustakannya. Sebab itu maka kata-kata Tuhan di ayat ini sangatlah tajamnya orang itu telah didudukkan Tuhan pada satu tempat yang dimurkaiNya. Ini adalah satu peringatan yang keras untuk menjauhi perbuatan yang dipandang Tuhan sudah durhaka. Maka layaklah diambil kesimpulan bahwa orang berperangai begini lemah imannya dan keyakinannya amat kendor.

"Maka kecelakaan akan didapati oleh orang-orang yang sembahyang" (ayat 4). "Yang mereka itu dari shalatnya, adalah lalai" (ayat 5).

Dia telah melakukan sembahyamg, setapi sembahyang itu hanya membawa celakanya saja; karena tidak dikerjakannya dengan sungguh-sungguh. Tidak timbul dari kesadarannya, bahwa sebagai seorang
hamba Allah, sudah sewajarnya dia menghambakan diri kepada Allah dan mengerjakan sembahyang sebagaimana yang diperintahkan Allah dengan perantaraan NabiNya.

Saahuun, asal arti katanya ialah orang yang lupa. Artinya dilupakannya apa maksud sembahyang itu, sehingga meskipun dia mengerjakan sembahyang, namun sembahyangnya itu tidaklah dari kesadaran akan maksud dan hikmatnya.

Pernah Nabi kita Saw melihat seorang sahabatnya yang terlambat datang ke mesjid sehingga ketinggalan dari sembahyang berjamaah, lalu dia pun sembahyang sendiri. Setelah dia selesai sembahyang. Nabi Saw menyuruhnya mengulang sembahyangnya kembali. Karena yang tadi itu dia belum sembahyang dengan sungguh-sungguh.

"Orang-orang yang riya" (ayat 6). Ini juga termasuk sifat-sifat orang yang munafik. Walaupun dia beramal, kadang-kadang dia bermuka manis kepada anak yatim. Kadang-kadang dia menganjurkan memberi makan fakir miskin. Kadang-kadang kelihatan dia khusyu sembahyang tetapi semuamya itu dikerjakannya karena riya. Yaitu karena ingin dilihat, dijadikan pameran. Karena ingin dipuji orang. Lantaran riya-nya itu, kalau kurang pujian orang dia pun mengundurkan diri atau merajuk. Hidupnya penuh dengan kebohongan dan kepalsuan.

"Dan menghalangi akan memberikan sebarang pertolongan " (ayat 7). Artinya; Jalan untuk menolong orang yang susah, adalah amat banyak. Sejak dari yang kecil-kecil sampai kepada yang besar, pokoknya asal ada perasaaan yang halus, kasih-sayang kepada sesama manusia, di dalam pertumbuhan Iman kepada Tuhan. Tetapi orang-orang yang mendustakan agama selalu mengelakkan dari menolong. Selalu menahan, bahkan menghalang-halangi orang lain yang ada maksud menolong orang. Rasa cinta tidak ada dalam jiwa orang ini. Yang ada hanyalah benci dan dengki! Hatinya terlalu terpaut kepada benda yang fana. Insaf dan adil tak ada dalam hatinya. Keutamaan tak ada bedanya, mukanya berkerut teras-terusan karena hatinya yang tertutup melihat kebajikan orang lain. Dia meyangka begitulah hidup yang baik. Padahal itulah yang akan membawanya celaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun