Mohon tunggu...
Abu Tajir
Abu Tajir Mohon Tunggu... Freelancer - Bakul buku

Bakul buku yang hobi duit, nulis dan mengolah manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rangkul Diaspora Indonesia dan Sejahterakan Mereka!

27 Januari 2020   16:14 Diperbarui: 27 Januari 2020   16:15 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jalan diaspora orang Tiongkok dan India pulang kampung tak serupa, tapi hasilnya sama; sama-sama menyumbang pembangunan di negara masing-masing.

Sebagian besar modal asing masuk ke Tiongkok adalah berkat para diaspora Tiongkok. Sejumlah industri berkaitan dengan komputer dan rumah sakit di India merupakan modalnya dari diaspora India; sendiri maupun berpatungan dengan pihak lain.

Diaspora Tiongkok sukses membangun daratan Tiongkok karena kombinasi dua hal: karakter individu dan adanya organisasi yang efisien.

Sebuah studi pada 1980-an menyimpulkan, salah satu kunci sukses Tiongkok perantauan adalah, lebih dari etnis lain, menganggap di mana dia berada itulah "tanah air-nya". Hingga mereka tak bekerja setengah hati di mana pun dan ikatan dengan kampung halamannya kuat; karena bagaimanapun leluhur ada di kampung.

Di Tiongkok sendiri sejak Mao Zedong berkuasa tahun 1949, di dalam pemerintah pusat ada komite yang mengurusi perantauan.

Sudah sejak awal pemerintahannya, Deng Xiaoping selalu bilang bahwa warga Tiongkok perantauan adalah potensi besar untuk membangun negeri.

Kini komite yang berada dalam organisasi pemerintahan pusat itu memiliki cabang di tiap provinsi di RRT, dan urusannya tak hanya mengatur strategi agar perantau mau pulang, tapi juga membantu merekayang hendak merantau.

Menjelang abad 21, pusat industri di Bangalore India berkembang pesat dan didominasi industri komputer.

Pada 2001, salah satu edisi majalah komputer Plus, menyebut-nyebut kemungkinan Bangalore menjadi Silicon Valley-nya India, dan ternyata kini menjadi kenyataan. Itu berkat pulangnya diaspora India dari Silicon Valley, karena memang mereka ingin pulang, atau karena diminta secara khusus oleh pemerintah India.

Sukses diaspora India membangun Bangalore itu tampaknya yang membuat Narendra Modi, yang memenangi pemilihan perdana menteri India tahun 2014, membentuk kementerian urusan perantau.

Modi tak henti-hentinya mengimbau agar diaspora India pulang dan berinvestasi di India.

Hikmah yang bisa ditarik adalah: potensi diaspora untuk menyumbang negara asalnya tak mungkin maksimal tanpa kerja dua belah pihak, yakni kaum diaspora dan pemerintah asal kaum diaspora itu.

Faktor individu diaspora tak akan banyak bermanfaat bagi negara asal diaspora tanpa ada penopang dari pemerintahnya.

Contohnya, ya Tiongkok itu. Deng Xiaoping tak hanya minta diaspora Tiongkok pulang, tapi juga membantu warga Tiongkok yang ingin mengembangkan pengetahuan dan modalnya di perantauan. 

PM Narendra Modi tak hanya membentuk kementerian urusan perantau, Ia juga berkali-kali mengimbau dan secara nyata membuat program yang bakal menarik diaspora India pulang kampung.

Ternyata, sebagian besar "pemudik" itu mendapatkan yang mereka cari di negeri sendiri; bukan hanya penghasilan lebih tinggi dan hidup lebih layak, mereka juga merasa bahagia karena berada di lingkungan asli budayanya. Sehingga yang pulang kampung itu leluasa menentukan bidang yang disukai dan tetap mendapatkan yang sesuai seperti apa yang diperoleh di rantau.

Potensi besar kaum diaspora Indonesia harus, HARUS!... diolah dengan positif olah pemerintah. Lewat mereka ini pembangungan negara, terutama aspek SDM dan alih teknologi / konsep" bisa dipercepat.

Manjakan mereka! Buat mereka loyal dan nyaman disini! Jangan malah dikriminalisasi atau dibuat susah! Manfaat lain dari kuat dan efisiennya jaringan kaum diaspora Indonesia adalah:

1. Adanya sharing" keadaan nyata di luar negeri; baik aspek budaya, etos kerja, sistem belajar, candaan lokal, cara ngolah yang ampuh, dkk.

2. Laporan langsung / real time kejadian di luar negeri dari sumber non-pemerintah; supaya ada sudut pandang lain

3. Membuka celah" relasi non-formal yang seringkali lebih ampuh dan bermanfaat dari relasi formal

4. Mengurangi penyakit minder / inferiority complex orang Indonesia saat bergaul dengan orang luar negeri (terutama bule)

5. Mempercepat terbangunnya rasa saling percaya pihak" di luar negeri sana dengan orang Indonesia yang mau kerja / belajar / wisata ke luar. Dengan adanya rasa saling percaya yang kuat, banyak hal bisa berjalan mulus

6. Memudahkan diplomasi halus seperti diplomasi kuliner, budaya pop, agama, pendidikan, komoditas laut, dll.

7. Memudahkan penyelesaian masalah lintas negara. gampang men-trace pelaku kejahatan

8. Pembangungan kesan / image positif Indonesia di luar negeri bisa lebih josss / ampuh

9. Mengurangi bahkan membatasi monopoli ilmu hanya di segelintir orang

10. Peran Indonesia sebagai hub / pusat banyak hal bisa makin cepat terwujud. Jangan cuma posisi geografis yang jadi "pusat", tapi SDM nya juga harus jadi "pusat"!!! Kuasai titik" simpul kehidupan, biar makmur!

Olahan ini dari buku "Diaspora Indonesia; Bakti untuk Negeriku" karya Imelda Bachtiar dan Bambang Bujono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun