Mohon tunggu...
Jong Celebes
Jong Celebes Mohon Tunggu... Administrasi - pengajar

"Tidak ada kedamaian tanpa Keadilan"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyerang Atas Nama 'Tuhan'

17 Juli 2015   19:23 Diperbarui: 17 Juli 2015   19:23 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian masyarakat Papua sudah ‘gila’, kegilaan ini terjadi saat  sebagian masyarakat yang mengatasnamakan masyarakat Gereja di Tolikara, Papua, dengan membabi buta menyerang dan membakar mushola di sana. saat Umat Islam sedang khidmat melakukan shalat idul fitri.    Mendengar nama Gereja kita akan respek luar biasa, kenapa? Karena itu artinya bahwa di dalamnya pasti dilantunkan puja puji dan cinta kasih.  Jika tidak demikian, apakah mereka masih bisa menganggap dirinya orang religius, penyebar cinta kasih? Atau malah mereka hanyalah orang-orang primitif yang mengaku beragama.

Apapun alasannya, ini adalah gambaran sebuah dekadensi toleransi, moral dan kemanusiaan.  Bagaimana tidak, disaat umat Islam sedang melaksanakan kegiataan ibadahnya dengan khidmat, tiba-tiba diganggu dan diserang.  Bukan itu saja, mereka malah melempari dan membakar tempat ibadah.  Tempat dimana di dalamnya dilantunkan puja puji kepada yang Maha Cinta Kasih.  Apa para penyerang itu tidak memahami itu?

Aparat berwenang tidak boleh tinggal diam atas masalah ini, jika tidak mau merembet kemana-mana, jelas ini memberikan isu yang tidak baik bagi kerukunan agama di Papua khususnya, Indonesia umumnya.  Jangan sampai karena ulah segelintir orang membuat antipati umat Islam diseluruh Tanah Air.  Kita tidak ingin terjadi Poso ke dua disana. Atau Ambon Jilid Dua, bukan?

Kapolda harus turun tangan mengejar siapa saja yang melalukan penyerangan, tidak pandang bulu.  Tegakkan supremasi hukum.  Pasti ada aktor inteletualnya, tidak ada aksi jika tanpa sponsor,yang tidak ingin melihat kerukunan agama disana tercipta.  Jika memang kasus ini tidak tuntas, Kapolda harus berani lengser. Itu baru gentle. 

Sebagai seorang pemerhati media sosial, saya faham benar bagaimana psikologis umat islam.  Kasus ini bisa menimbulkan ‘noda’ kecurigaan dan kemunduran pada hubungan antar pemeluk agama di Indonesia.  Komentar-komentar emosional berseliweran di dunia maya.  Umumnya mengutuk peristiwa ini.  kita tidak harapkan umat t menggeneralisir masalah ini bahwa ini masalah antar agama satu dengan agama lain.  Kalau ini sampai terjadi, efek dominonya pasti akan menyusul dan kita tahu bahwa isu SARA adalah isu paling sensitive di Indonesia. 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun