Mohon tunggu...
Jong Celebes
Jong Celebes Mohon Tunggu... Administrasi - pengajar

"Tidak ada kedamaian tanpa Keadilan"

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kerja Jurnalistik Bukan Hanya Tugas Media Mainstream

28 Januari 2019   23:13 Diperbarui: 1 Februari 2019   19:58 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jurnalis | © Flickr/ European Parliament

Pagi itu pada awal Januari 2019, saya dan satu orang kawan dari media online berbeda mendatangi sebuah perusahan plat merah yang terletak di sekitar Rawasari Jakarta Pusat.

Dengan mengendarai satu motor, kami berdua memasuki Kantor PT A. Di sana sudah ada satu orang petugas keamanan (satpam) berjaga di depan lobi masuk kantor A. Petugas ini duduk di belakang meja yang digunakan sebagai meja registrasi. Kebetulan hari itu, rencananya akan diadakan acara media gathering sekaligus laporan akhir tahun dan pemaparan program perusahaan A tersebut. 

Semalam sebelumnya, saya sudah menghubungi humas PT A bernama M. Saya kenal dia saat meliput kegiatan Nataru di Merak dan Bakauheuni. Saya bilang dalam WA ke dia: "Pak, saya izin meliput kegiatan di Perusahaan Bapak". 

Balasan WA saya tak kunjung dibalas hingga pagi. Sempat ragu untuk datang, karena saya berpikir positif, oh mungkin WA saya tidak dibalas karena mungkin sibuk.

Keesokan harinya pukul 9, saya sudah sampai di lobi PT A. Saya sapa satpam yang bertugas dibelakang meja, dan menanyakan acara media gathering. Pak Satpam sempat melirik secarik kertas yang berisi daftar media mainstream yang diundang.  

Saya dengan PD nya juga ingin menulis absensi namun oleh petugas tersebut saya disuruh menunggu dulu. "Maaf pak, nama media bapak tidak tercantum di list, mohon menunggu sebentar," ucap satpam tersebut.

Dia lalu menyodorkan kertas lainnya,  dan menanyakan nama media saya. Saya sebutkan nama media,  dan dia pun menulis. Sejurus kemudian,  datang beberapa wartawan entah dari media mana,  yang pasti dari penampilannya, saya bisa baca kalau mereka adalah bukan dari media mainstream.

Entah mereka mau disebut apa,  tapi saya lebih suka menyebut mereka media start up (perintis). Ini istilah saya saja biar bisa membedakan mana media besar yang bermodal besar dan sudah terkenal,  dan mana media yang bermodal kecil yang masih berusaha ingin juga eksis di tengah persaingan perusahaan media di Indonesia yang sangat ketat.

Sambil nongkrong dan mengobrol di lobi bersama wartawan media arus bawah lainnya, tidak lama kemudian datang salah satu petugas satpam perusahaan yang menyampaikan informasi dari 'dalam'. 

"Mohon maaf bapak-bapak, kami belum bisa menerima bapak-bapak untuk masuk (meliput) karena keterbatasan tempat," ucap petugas itu.

Sempat terdengar nada protes dari kawan-kawan wartawan di situ, namun pada akhinrya mereka bisa memaklumi keadaan dan informasi dari satpam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun