Mohon tunggu...
Abu Mamur MF
Abu Mamur MF Mohon Tunggu... Guru - Belajar Menjadi Manusia

Penggemar buku, puisi, kopi dan singkong rebus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Lebih Romantis dari Bunga?

2 Agustus 2019   21:37 Diperbarui: 2 Agustus 2019   21:47 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Romantis (sumber: hdwallpapersrocks.com)

Makna romantis bagi tiap individu tidak selalu sama. Begitu pula dalam mengejawantahkannya. Bagi muda-mudi, romantis barangkali ditafsirkan dengan semacam puisi, bunga-bunga, maupun pulsa. Sedangkan bagi yang berkeluarga bisa saja tak sesederhana itu.

Kali ini saya akan bercerita perihal kisah romantis sederhana antara saya dengan istri, baru-baru ini. Salah satu hal vital dalam kehidupan berumah tangga adalah setrika. Satu ketika Istri saya menyampaikan kabar duka: setrika satu-satunya yang kami miliki mengalami sakaratul maut. Lalu rusak. Bodol.

Agaknya kali ini tidak bisa reinkarnasi lagi. Sebab sebelumnya sudah berkali-kali rawat inap di tukang servis. Hidup lagi. Mati lagi. Sampai akhirnya kami pun menyadari, "tak ada yang abadi, tak ada yang abadi," sebagaimana lirik lagu Peterpan. Rupanya lagu itu dipersembahkan untuk mendiang setrika atas dedikasinya.

Bersyukur. Kebetulan saya baru saja menjadi juri Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) SMA Tingkat Kabupaten Brebes. Duet bersama seniman nyentrik yang kiprahnya di dunia seni sangat mrekitik. Namanya Toean Agep Haris Zulfikar. Selain aktif di Dewan Kesenian Kabupaten Brebes, ia merupakan kepala suku Sanggar Suwung Bumiayu. Duet bersamanya adalah anugerah indah. Anugerah berikutnya adalah beroleh honor juri.

Monolog Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) SMA Tingkat Kabupaten Brebes  (sumber: dokpri) 
Monolog Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) SMA Tingkat Kabupaten Brebes  (sumber: dokpri) 

Honor sebagai juri, sebagian saya berikan kepada istri. Selebihnya untuk membeli setrika baru. Bermerk Philips. Perusahaan Philips didirikan oleh dua bersaudara Gerard Leonard Frederik Philips dan Anton Frederik Philips. Keduanya sepupu Karl Marx.

Kita tahu, Karl Marx merupakan ekonom cum filsuf Jerman, dikenal pula sebagai "Bapak komunis dunia". Magnum opus-nya berjudul Das Kapital. Dan setrika saya, meng-ada berkat jasa sepupu sang kuminis. Meski begitu, setrika tidak menganut faham kuminis.

Istri saya menerima persembahan setrika dengan riang gembira. Saya pun bersuka cita dan merasa so sweet (meminjam istilah yang kerap dipakai sastrawan Gus Binhad Nurrohmat). Di sini setrika tak sekadar benda profan. Ia menunjukkan eksistensinya sebagai entitas sakral, estetis, romantis, sekaligus fungsional dan syahdu.

Persembahan setrika sebagai ikhtiar merawat romantisme keluarga (sumber: dokpri)
Persembahan setrika sebagai ikhtiar merawat romantisme keluarga (sumber: dokpri)

Barangkali ceritanya akan lain, bila saat itu yang saya berikan adalah bunga. Apalagi konon, bunga mengandung unsur riba. Dengan setrika, romantisme keluarga bisa tetap terjaga. Dan setrika, tak bisa kita bantah, ia sanggup menghangatkan, bahkan HOT. Gemladag. Dan dapat menyebabkan kulit mlodok (melepuh).

Demikianlah pemirsa, "Cinta menghangatkan kehidupan, dan setrika menyempurnakannya."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun