Anah lajnah :
Kalau menurut abah apakah marah itu boleh atau tidak, abaaah ?
Abah nata :
Marah itu sebuah sarana bagaimana tujuan  instan bisa tercapai ?
Anah lajnah :
Kenapa disebut tujuan instan abah ?
Abah nata :
Iyaaah, tujuan instan atau sesaat, orang mau berubah karena ada marah bos misalnya. Bukan atas dasar kesadarannya sendiri, kalau tidak ada bos ya, nyantai seperti di pantai. Berleha-leha, lalai, Â kemudian terjadi kesalahan.
Anah lajnah :
Jadi marah itu boleh atau tidak abah ?
Abah nata :
Setiap orang boleh marah. Tapi sebaik-baiknya marah adalah yang disesuaikan dengan waktu, kesempatan yang tepat atau dikendalikan sebagai energi untuk bekerja lebih bagus lagi.
Anah lajnah :
Bekerja lebih bagus, Â maksudnya apa abah ?
Abah nata :
Berupayalah  menghindari marah. Agar keberhasilan dalam apa saja. Dalam memimpin pekerjaan misalnya, kemajuan semua orang itu,  bukan karena marah.Â
Tetapi memang kita bangun sebuah budaya untuk menciptakan kesadaran setiap orang, untuk bisa bekerja dengan apa yang jadi tanggungjawabnya. Harus dipastikan bahwa semua informasi, Â komunikasi, Â prosedur, Â kehatihatian, kontrol dan lain sebagainya.Â
Sudah kita jalankan secara benar, masif dan terstruktur. Jika pekerjaan seperti ini, Â kita budayakan dan bisa menciptakan lingkungan dimana saja kita berada. Pasti marah-marah sudah tidak diperlukan lagi.Â
Setiap masalah harus jadi solusi kebaikan. Bukan menjadi sebab seseorang terpuruk dalam emosi marah atau dimarahi. Yang semua orang sangat tidak menyukai dan membuat tidak nyaman suasana.