Jumping to conclusion lebih sering kita temui di era media sosial: dari satu kata langsung loncat pada vonis, tanpa mau memahami konteks.
Dan yang paling sering adalah stereotyping: semua orang yang bicara tentang energi langsung dianggap pengikut kelompok tertentu, padahal niat dan maknanya bisa sangat berbeda.
Kekeliruan berpikir seperti ini bukan hanya melemahkan argumen, tapi juga menutup pintu hikmah. Dialog jadi buntu, dan kebenaran terhalang.
Hikmah Islam tentang Menimbang Makna
Islam sejak awal menekankan pentingnya makna di atas lafazh. Ushul fiqh mengajarkan bahwa akad sah bukan karena kata yang diucapkan, melainkan karena maksud dan kerelaan. Dalam jual beli, cukup dengan saling ridha, meski tanpa kata "aku jual" dan "aku beli."
Ilmu mantiq melanjutkan prinsip itu: vonis baru sah setelah ada pemahaman yang benar. Jika pemahaman salah, maka keputusan pun salah.
Ilmu balaghah menambahkan keindahan: bahasa adalah seni untuk mendekatkan makna. Al-Qur'an penuh dengan perumpamaan, kiasan, dan majaz, agar hati manusia lebih mudah menerima pesan.
Para ulama salaf pun menunjukkan kelapangan dalam bahasa. Mereka tidak kaku pada istilah, selama makna yang dikandung tetap lurus dan tidak menyalahi tauhid. Pelajaran ini penting: Islam menghargai esensi. Bahasa hanyalah wasilah.
Cermin Kehidupan Nyata
Dalam kehidupan nyata, saya sering menyaksikan bagaimana sesat pikir bisa menghalangi manfaat. Saat memfasilitasi program Quantum Wealth Magnetism, beberapa peserta awalnya curiga: "Apakah ini tidak sekadar jargon Barat?" Namun setelah mengikuti sesi, justru mereka semakin memahami makna syukur, prasangka baik kepada Allah, dan ikhtiar yang benar. Bahasa modern menjadi pintu masuk bagi mereka untuk meresapi tauhid yang klasik.
Saya juga pernah mengalami kekecewaan ketika sebuah webinar premium yang saya siapkan batal mendadak. Saat itu hati saya terasa berat, hampir menyerah. Namun saya memilih menarik diri dengan stoikisme dan sedona method, meyakini ada hikmah di balik peristiwa. Dan benar, Allah Ta'ala membukakan jalan: dari situ saya justru mendapat bimbingan menulis dari seorang mentor yang sangat saya hormati.