Mohon tunggu...
Abu Fadhel Hardy
Abu Fadhel Hardy Mohon Tunggu... Life Coach Energy Healing Practitioner

Coach Transformasi Jiwa yang memadukan kesadaran reflektif, psikologi analisis, dan NLP Quantum–CEV Path untuk membantu profesional menemukan keseimbangan makna dan arah hidup..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesurupan, Ruqyah, dan Psikologi: Menyulam Ilmu dan Iman dalam Terapi Jiwa

19 September 2025   10:52 Diperbarui: 19 September 2025   10:52 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sains dengan logika rasionalnya, dan tradisi dengan bahasa ruhani. . Sumber: Ai Image

Kesurupan, Ruqyah, dan Psikologi: Menyulam Ilmu dan Iman dalam Terapi Jiwa


"Psikologi mengajarkan kita cara mengenali pola pikir dan luka batin dengan bahasa sains,
 namun kearifan klasik mengajarkan kita cara menyembuhkannya dengan bahasa jiwa.
 Jika keduanya bersua, maka pikiran tercerahkan, hati pun menemukan pulang."

Pernahkah kita merasa bingung ketika melihat seseorang kesurupan?
 Ada yang menyebutnya diganggu makhluk gaib, ada pula yang menyebutnya sekadar "tekanan psikologis."

Dua dunia ini sering bertabrakan: satu memakai bahasa spiritual, satu lagi memakai bahasa sains. Tapi... apakah harus begitu? Mengapa tidak kita cari jalan tengah tempat di mana psikologi modern dan kearifan klasik saling menyapa, bukan saling menegasi?


Fenomena kesurupan selalu menyisakan tanda tanya bagi masyarakat kita. Di sekolah, pesantren, bahkan kantor, berita tentang seseorang yang tiba-tiba berteriak, menangis, atau kehilangan kesadaran sering menghiasi layar media sosial. Bagi sebagian orang, kesurupan dianggap gangguan gaib. Namun, di ruang akademik psikologi, ia dipandang sebagai sebuah gejala psikis yang berkaitan dengan stres, depresi, atau ketidakmampuan dalam melakukan mekanisme coping.

Dua dunia ini seakan terpisah: yang satu berbicara dengan logika ilmiah, yang lain dengan bahasa spiritual. Namun, benarkah keduanya tidak bisa dipertemukan?

Artikel ini ingin mengajak Anda menelusuri jembatan di antara keduanya, melalui empat pintu: psikologi modern, warisan klasik Abu Zaid al-Balkhi (850-934 M), perspektif transpersonal dalam ruqyah, hingga terapi SQEFT yang memadukan Al-Qur'an dan teknik psikologi kontemporer.

Kesehatan mental menjadi isu besar dalam masyarakat modern. Data WHO menyebutkan jutaan orang di dunia mengalami depresi, kecemasan, atau stres kronis yang berujung pada gangguan psikosomatis. Psikologi modern berusaha menjawabnya dengan terapi kognitif, psikoanalisis, atau farmakoterapi. Namun, karena berdiri di atas fondasi sekuler, ia kerap mengabaikan dimensi spiritual yang hidup dalam tradisi masyarakat kita.

Di sisi lain, pendekatan tradisional ruqyah, wirid, zikir, hingga terapi Al-Qur'an masih terus dipraktikkan dan diyakini mampu memberikan kesembuhan. Tantangannya adalah bagaimana kedua pendekatan ini bisa saling menyapa, saling mengisi, bukan saling menegasikan.

Kesurupan dalam Perspektif Psikologi:

Dalam literatur psikologi, kesurupan dapat dilihat sebagai bentuk dissociative trance disorder sebuah kondisi ketika individu mengalami perubahan kesadaran, hilang kendali diri, dan memperlihatkan perilaku yang tak biasa. Gejala ini seringkali muncul di bawah tekanan psikis berat: konflik keluarga, tekanan akademik, trauma masa lalu, atau stres sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun