Mohon tunggu...
Abu Fadhel Hardy
Abu Fadhel Hardy Mohon Tunggu... Life Coach Energy Healing Practitioner

Coach Transformasi Jiwa yang memadukan kesadaran reflektif, psikologi analisis, dan NLP Quantum–CEV Path untuk membantu profesional menemukan keseimbangan makna dan arah hidup..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jejak Ruh dalam Lapisan Kehidupan: Dari Sirrul Asrar hingga Quantum Mind

18 September 2025   12:10 Diperbarui: 22 September 2025   13:31 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input Keterangan & Sumber Gambar (Subtil Body) (Sumber: Ai Image))

Ketiganya bukan jalur yang bertabrakan, melainkan saling melengkapi. Ilmu modern bisa memberi bahasa baru untuk menjelaskan energi dan vibrasi. Teks esoterik memberi peta metafisik agar kita tidak tersesat. Tasawuf memberi hati dan ruh agar perjalanan ini tidak kehilangan arah. Dan di antara semuanya, ada satu benang merah: cinta. Karena tanpa cinta, segala teknik meditasi hanyalah relaksasi kosong. Tanpa cinta, segala ritual hanyalah rutinitas. Tanpa cinta, tubuh hanyalah daging yang berjalan tanpa jiwa.

Di sinilah saya mulai melihat makna lain dari kesehatan. Sehat sejati bukan hanya tidak sakit. Sehat adalah keterpaduan. Tubuh fisik kuat, emosi stabil, pikiran jernih, ruh bercahaya. Sehat adalah harmoni yang mengalir dari dalam keluar. Ia bukan sekadar kondisi, tapi getaran. Ia bukan sekadar hasil, tapi perjalanan.

Dan mungkin inilah yang dimaksud oleh para ‘arifin ketika mereka berkata: mengenal diri adalah mengenal Tuhan. Karena setiap lapisan diri adalah cermin. Fisik mencerminkan bumi. Emosi mencerminkan langit yang dinamis. Mental mencerminkan hukum sebab-akibat. Ruh mencerminkan cahaya Sang Pencipta. Semakin dalam kita masuk ke lapisan itu, semakin jelas kita melihat Dia yang menjadi asal-usul sekaligus tujuan akhir.

Sobat, dunia modern menawarkan banyak metode penyembuhan. Ada yang berbasis teknologi, ada yang berbasis obat kimia, ada pula yang memadukan keduanya. Tetapi kadang kita lupa bahwa penyembuh terbesar selalu berada di dalam: kesadaran, doa, napas, dan cinta. Tubuh kita tidak diciptakan rapuh, ia memiliki potensi untuk bangkit. Jiwa kita tidak diciptakan kosong, ia memiliki daya untuk terhubung. Ruh kita tidak diciptakan terputus, ia selalu punya jalan pulang.

Mungkin saatnya kita berhenti mencari ke luar, dan mulai kembali ke dalam. Karena di sanalah letak seni penyembuhan sejati: bukan sekadar mengobati yang tampak sakit, tapi mengharmoniskan seluruh lapisan diri agar kembali menyala utuh.

Dan ketika itu terjadi, kita tidak hanya menjadi sehat. Kita menjadi utuh. Kita menjadi terang. Kita menjadi manusia yang kembali pulang kepada dirinya sendiri dan pada akhirnya, kepada Sang Sumber.

Kalau tulisan ini menggugahmu, jangan biarkan ia berhenti di sini. Mulailah perjalanan kecil hari ini: tarik napas dengan sadar, sebut satu kalimat doa dengan penuh cinta, dan rasakan tubuhmu kembali hidup. Dan bila engkau ingin melangkah lebih jauh menapaki jejak ruh dan kesadaran, mari kita jelajahi bersama dalam ruang belajar filsafat spiritual yang penuh cahaya.

Karena setiap langkah kembali ke dalam, sejatinya adalah langkah kembali kepada-Nya.

📚 Referensi Inspirasi Bacaan:

The Art of Sufi Healing – Linda O’Riordan, R.N.

Book of Wisdom – Harry B. Joseph

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun