Ketika algoritma bisa meracik logika farmakoterapi dalam hitungan detik, masihkah apoteker dibutuhkan? Jawabannya: iya, tapi hanya jika kita siap berubah.
Dunia kesehatan sedang mengalami revolusi diam-diam. Di balik layar komputer rumah sakit dan aplikasi mobile yang makin pintar, ada satu kekuatan baru yang sedang berlari cepat: Artificial Intelligence (AI). Ia tak lelah, tak lelet, dan tak salah baca tulisan dokter.
Sebagai apoteker, kita boleh saja bertahan dengan ilmu yang dulu diajarkan di bangku kuliah. Tapi dunia tidak sedang menunggu. Di luar sana, AI sudah bisa menyarankan terapi, menganalisis interaksi obat, hingga memberi rekomendasi pemantauan efek samping. Lantas, apa kabar kita?
Jangan panik dulu. Di tengah gelombang teknologi ini, apoteker justru punya peluang baru---asal tahu caranya. Berikut 5 bekal wajib yang harus disiapkan apoteker agar tidak tergilas algoritma.
1. Kenali AI, Jangan Dijauhi
AI itu bukan musuh. Ia bukan makhluk asing yang akan menggantikan kita dalam sekejap. Sebaliknya, AI adalah alat bantu---jika kita bisa menggunakannya dengan bijak.
Mulailah dari yang sederhana: kenali ChatGPT, MedGPT, atau UpToDate AI. Coba ketikkan interaksi amoksisilin dan allopurinol, dan lihat bagaimana AI menjawab. Dengan begitu, kita bisa tahu sejauh mana AI bisa jadi partner (atau pesaing) kita.
Yang gaptek bukan karena nggak mampu. Mungkin cuma belum coba.
 2. Upgrade Literasi Digital Klinis
Sekarang bukan zamannya apoteker hanya tahu nama dagang dan dosis dewasa. Kita harus paham bagaimana membaca Electronic Health Records (EHR), menganalisis tren terapi, dan menggunakan data untuk pengambilan keputusan farmasi.
Belajarlah membaca dashboard pasien, hasil lab elektronik, dan AI-generated recommendation. Ilmu klinis tidak mati, tapi formatnya sudah digital. Tinggal kita mau beradaptasi atau tidak.
3. Asah Empati, Keterampilan yang Tak Bisa Diprogramkan
Satu hal yang tidak dimiliki AI: empati. AI bisa menghitung, tapi tidak bisa merasakan. Ia bisa menganalisis data, tapi tidak tahu bagaimana rasanya menjelaskan efek samping kemoterapi pada seorang ibu muda.