Globalisasi seringkali dipandang sebagai sesuatu yang dapat mendorong perkonomian di Indonesia dan pengurangan kemiskinan, namun yang terjadi di lapangan seringkali sangat jauh dari tujuan Indonesia untuk mensejahterakan rakyat. Meskipun Indonesia dikenal kaya akan sumber dayanya, tetap saja Indonesia harus menghadapi tantangan yang besar dalam hal ketidakadilan ekonomi dan kemiskinan yang berkelanjutan. Didalam banyak kesempatan, lebih dari satu juta orang di Indonesia, terutama anak muda, telah turun kejalan untuk memprotes sistem ekonomi global yang dianggap merugikan. Mereka menuntut perubahan yang adil dan berkelanjutan, mengingat masih tingginya kesenjangan sosial antara si miskin dan si kaya, dari sini dapat kita simpulkan meskipun Indonesia memiliki potensi ekonomi yang kuat, namun banyak warganya yang hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.
Salah satu dampak negatif sistem ekonomi global yang mencolok , adalah kondisi pekerja di pabrik-pabrik merek terkenal, contohnya Nike dan Gap, banyak dari mereka yang berkerja dalam kondisi yang sangat buruk , dengan jam kerja yang panjang dan upah yang rendah. Pekerja seringkali lembur dan meghadapi tuntutan kerja yang tidak manusiawi demi mendapatkan upah yang tidak sebanding dengan usaha yang telah berikan, hal ini dikarenakan karena berkurangnya lapangan pekerjaan di Indonesia.
Hal ini juga diperparah oleh fakta bahwasannya banyak pekerja dalam sektor  informal juga memiliki pekerjaan yang tidak stabil, tidak memiliki akses ke pelayanan Kesehatan, Pendidikan ataupun jaminan sosial. Hal ini merupakan salah satu faktor siklus kemiskinan di Indonesia yang sulit diputus, dimana setiap generasi terjebak didalam kondisi yang sama. Selain itu sejarah kelam globalisasi yan terjadi pada tahun 1960-an, setelah kudeta oleh amerika serikat dan inggris, jenderal Suharto mengambil alih kekuasaan dan membuka investasi asing ke Indonesia. Meskipun banyak yang mendang cara ini akan menambah modal bagi Indonesia nyatanya banyak rakyat yang tidak merasakan manfaatnya, sebaliknya, utang yang dihasilkan dari kebijakan ini justru membebani negara dan rakyatnya. Utang luar negeri yang terus meningkat membuat Indonesia terjebak dalam ikatan ekonomi yang berbahaya, yang seringkali kebijakan ekonomi di tentukan oleh kepentingan bangsa asing.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI