Mohon tunggu...
Abrar Rifai
Abrar Rifai Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya menulis apa yang diyakini benar dan baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gak Masuk Rilis Mubalig Kemenag, Gak Patik,en!

23 Mei 2018   12:45 Diperbarui: 23 Mei 2018   12:52 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada yang nulis bahwa nama Gus Mus tidak masuk dalam daftar 200 nama muballigh rilisan Kemenag. Sebagaimana nama Mbah Maimoen, Habib Luthfi, Gus Sholah dan Habib Syech yang direpresentasi sebagai muballigh NU.

Tapi tidak dicantumkannya nama-nama tersebut tidak menyebabkan orang NU ngamuk-ngamuk. Sikap orang NU biasa saja. Sebab orang NU tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Tapi orang NU justru akan mengecilkan masalah besar, karena NU menyelesaikan dengan hati, bukan emosi.

Saya tidak tahu siapa penulis tulisan viral tersebut. Sebab di grup-grup WA dan yang dicopas di laman Facebook, tidak dicantumkan nama penulisnya. Tapi yang pasti, orang ini sebelum nulis, rupanya dia tidak baca rilis 200 nama muballigh Kemenag itu. Sebab, nama KH. Musthofa Bisri jelas terpampang di sana. Berada pada urutan 23, di atas Ustadz Ahmad Sarwat dan Ustadz Satori Ismail.

Berikutnya, saya setuju kalau (sebagian besar) orang NU banyak yang tidak suka emosi. Tapi mereka lebih suka menggunakan hati dalam melihat banyak persoalan. Sebagaimana orang NU juga tidak suka membesar-besarkan masalah. Saya setuju. Pake banget. Sebab saya tahu itu.

Tapi selebihnya dari sebagian besar tersebut, sekarang ada juga lho orang NU, yang jangankan masalah kecil, lha wong bukan masalah aja bisa dibuat masalah. Seperti misalnya baju jubah, jenggot dan kedatangan muballigh dari Yaman. Tiga hal ini merupakan kebiasaan yang sangat biasa di tengah ummat Islam Indonesia. Termasuk juga orang NU.

Jubah, jenggot dan kedatangan muballigh (habaib) dari Yaman, itu sebenarnya bukan masalah. Tapi, ternyata ada orang NU yang mempermasalahkannya. Jadi, mempermasalahkan sesuatu yang bukan masalah, membesarkan sesuatu yang kecil, adalah tabiat masing-masing kelompok. Tergantung kepentingan strategis masing-masing.

Kembali pada rilis 200 nama muballigh Kemenag, sebenarnya para pendukung ustadz-ustadz kondang yang namanya tidak masuk dalam rilis tersebut tidak ngamuk-ngamuk. Sebab mereka memang tidak butuh masuk dalam rilis tersebut. Bahkan yang sudah terlanjur dimasukkan, justru minta dikeluarkan. Pribasane, gak masuk ke rilis tersebut, gak patik,en!

Ustadz Abdul Somad, yang jadwalnya sudah penuh sampai April Tahun 2020, tidak akan berkurang antrian orang yang mau ngundang hanya karena tidak masuk dalam rilis itu. Ustadz Adi Hidayat, Habib Rizieq dan lainnya, tidak akan berkurang kecintaan ummat, hanya karena Kemenag tidak menganggap mereka sebagai muballigh rekomendasi.

Yang disoal banyak orang itu substansi rilis tersebut. Untuk apa? Itu tidak ada gunanya! Yang terjadi justru blunder. Kontradiksi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Karena dari sekian banyak majelis taklim, masjid dan pusat-pusat kajian lainnya, sungguh tidak akan bisa dijangkau oleh Kemenag. Dari 200 ini, Kemenag harus menambah berapa lagi, kalau memang mau ditambah.

Apalagi sudah terbukti bahwa kerja Kemenag dalam menghimpun nama-nama tersebut, tidak profesional. Sebab, dari 200 nama tersebut, ternyata ada yang sudah meninggal dunia. Kalau kata Pak Menteri itu sesuai masukan dari masyarakat, jadi masyarakat mana yang tega mengusulkan orang mati menjadi penceramah? Sing genah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun