Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Pembudidaya lebah madu, petani dan pensiuan pns -

Sehari-hari menikmati hawa segar udara Palangisang, sebuah desa di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Memiliki hobi membudidayakan lebah madu, untuk itu sangat tertarik menerapkan filosofi kebaikan lebah madu dalam kehidupan sehari-hari – termasuk kehidupan berdemokrasi. Tertantang untuk berbagi pengalaman tentang sistem dan perubahan pola perilaku. Selalu berupaya menerapkan pola pikir global namun bertindak lokal.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengasah Mental untuk Kehidupan yang Lebih Bermartabat

29 November 2014   18:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:31 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1417234520231515935

[caption id="attachment_338580" align="aligncenter" width="560" caption="Filsuf Aristoteles"][/caption]

Menurut filsuf terkenal Aristoteles, manusia adalah hewan yang berakal sehat - yang dapat mengeluarkan pendapatnya dan yang berbicara berdasarkan akal pikirannya .Namun pikiran terbagi menjadi dua bagian, yaitu pikiran sadar dan bawah sadar yang bekerja secara bersamaan dalam waktu yang bersamaan pula. Namun perlu diingat sebenarnya tidak ada batas yang jelas antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.

Menurut para pakar, dalam kondisi normal pikiran sadar mengendalikan perilaku kita sebanyak 12 %, sedangkan sedangkan pikiran bawah sadar sebesar 88 %. Dengan kata lain, pikiran bawah sadar adalah sembilan kali lebih kuat daripada pikiran sadar untuk mengendalikan perilaku kita sehari-hari. Untuk itu, dalam mengasah mental, yang menyesuaikan dengan program pikiran kita seperti: membaca visualisasi,perencanaan dan menulis adalah bagian dari perkembangan mental yang perlu didisiplinkan,  baik internal (bagi pelajar/mahasiwa) maupun eksternal (bagi orang-orang yang sudah bekerja atau nonformal).

Sebagian besar dari kita, setelah selesai masa studi lalu kita beralih menjadi profesional sesuai dengan profesi kita, sepertinya tidak lagi menjadi penting untuk mengasah mental (dengan membaca; visualisasi, merencanakan dan menulis). Tidak seperti seorang guru, dosen (pengajar) atau peneliti, yang menjadi tuntutan pekerjaannya. Padahal, program pikiran kuncinya adalah ''Repetisi,''(pengulangan).

Kita bisa memahami kita pikiran dengan belajar tentang pikiran kita dan belajar memasukkan program pikiran yang mendukung pencapaian impian kita dengan cara dilakukan secara berulang-ulang (repetisi). Apabila hal itu sudah tertanam kedalam pikiran bawah sadar, maka otomatis akan meningkatkan moralitas (nilai-nilai makna kehidupan serta dapat memenuhi komitmen dalam diri).

Adapun dimensi lain dalam mengasah mental di atas akan terikuti faktor lain seperti rasa empati, sinergi dan pelayanan prima kepada pihak lain untuk mewujudkan dimensi fisik seperti memproduksi barang atau jasa. Hal ini penting dalam memenuhi kebutuhan fisik atau ekonomi yang ekologis (memiliki pandangan akan pentingnya keseimbangan dalam lingkungan).

Manfaat terbesar yang akan diperoleh setelah mengasah mental dengan melalui membaca, menvisualisasikan, merencanakan, kemudian menulis apa yang kita kerjakan akan dapat meningkatkan rasa aman secara intrinsik yang mewujud kepada bentuk empati. Hal ini terkait dalam aspek sosial emosional. Kemudian akan berlanjut dalam aspek moralitas yaitu nilai-nilai yang kita pahami dan aspek fisik didalam mengelola kehidupan yang penuh martabat.

A'lakul a'lam bissawab.

Salam Revolusi Mental -Revolusi Zaman Sekarang .

Bulukumba, November 2014

Sumber foto: madhur410.deviantart.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun