Ibu Mau ke Mana?
Tangan mungil itu meraih jemari yang lebih besar, menggenggamnya erat seolah takut terlepas. Mata bulat berbinar menatap wajah lelah yang mencoba tersenyum. "Ibu mau ke mana?" tanya suara kecil itu, polos, namun penuh kecemasan yang hanya bisa dirasakan seorang anak.
"Ibu ke ujung jalan sebentar, Sayang. Kamu tunggu di sini, ya?" Nada suara itu lembut, menenangkan, meski ada sedikit getaran yang tak tertangkap telinga sang anak. Sebuah anggukan kecil diberikan sebagai jawaban, tanda persetujuan yang penuh kepatuhan.
Dengan pakaian seadanya, gadis kecil itu berdiri tegak, diterangi cahaya remang lampu jalan yang berjuang menembus pekatnya malam. Di sampingnya, sebuah tempat sampah menjadi saksi bisu keheningan yang mulai menyelimuti. Dinginnya malam mulai menusuk kulit, namun ia tak bergeming. Janji sang ibu adalah jangkar yang menahannya di tempat itu.
Waktu merangkak perlahan. Sepuluh menit berlalu, lalu lima belas, hingga satu jam. Sosok yang ditunggu tak kunjung muncul. Setiap bayangan yang melintas di kejauhan memicu harapan, hanya untuk dipatahkan oleh kenyataan. Pukul sepuluh malam telah lama berlalu saat ibunya pergi, kini udara semakin menusuk, membawa dingin yang lebih dalam. Gadis kecil itu menggigil, namun bukan hanya karena suhu. Ada dingin lain yang merayap, rasa sepi yang mulai mencekik. Ia meraih selembar koran bekas yang teronggok di dekatnya, merapatkan ke tubuh, mencoba menangkis dingin. Kemudian, dengan tubuh yang sudah terlalu lelah untuk terus berdiri, ia menyandarkan diri pada tembok yang kasar, mencari sedikit kehangatan, sedikit perlindungan.
Matanya terpejam. Rasa lapar yang tadinya mendominasi perlahan tergeser oleh kantuk yang tak tertahankan. Dalam kegelapan yang mulai menyelubungi kesadarannya, gadis kecil itu bermimpi. Sebuah mimpi yang begitu nyata, begitu menggoda. Ia melihat meja penuh makanan lezat: ayam goreng renyah dengan kulit keemasan, semangkuk besar sup susu hangat, dan segala hidangan lain yang selama ini hanya bisa ia bayangkan. Setiap gigitan terasa seperti surga, memenuhi perutnya dengan kehangatan dan kebahagiaan yang meluap. Aroma harum menguar, memenuhi indranya. Ia tertawa, tawa renyah seorang anak yang akhirnya menemukan kelegaan.
Dari kejauhan, di antara remangnya cahaya lampu jalan, sesosok tubuh ramping terlihat. Langkahnya ragu, namun matanya tak lepas dari sosok mungil yang meringkuk di bawah tembok. Ia adalah sang ibu. Hatinya mencelos melihat putrinya tertidur pulas, tubuhnya yang kecil diselimuti koran lusuh. Rasa bersalah menghantamnya bagai gelombang pasang. Harusnya ia tak meninggalkan gadis itu sendirian, meski hanya sebentar. Namun, kebutuhan mendesak telah mendorongnya, memaksa kakinya melangkah menjauh, mencari rezeki yang tak seberapa.
Perlahan, ia mendekat, takut membangunkan. Gerakannya seperti penari balet yang paling hati-hati, tak ingin membuat suara sekecil apa pun. Ketika sudah cukup dekat, ia membungkuk, menatap wajah polos yang masih menunjukkan sisa-sisa mimpi indah. Bibirnya tersenyum tipis, meski air mata mulai menggenang di pelupuk mata.
"Sayang..." bisiknya lembut, suaranya nyaris tak terdengar, hanya hembusan napas yang hangat.
Mimpi gadis kecil itu pecah, terhenti di tengah suapan ayam yang paling lezat. Kelopak matanya mengerjap pelan, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya redup. Wajah ibunya adalah hal pertama yang dilihatnya, sebuah kelegaan yang tak terkira membanjiri hatinya. Ibunya kembali.
Dengan gerakan cepat, sang ibu memasukkan beberapa lembar uang kertas yang sudah lusuh ke dalam saku kanannya. Uang itu tak seberapa, namun cukup untuk menghangatkan perut mereka malam ini, cukup untuk membeli sedikit roti dan mungkin segelas teh hangat. Tanpa menunggu putrinya sadar sepenuhnya, ia membungkuk, mengangkat tubuh kecil yang masih setengah sadar itu ke dalam gendongan. Hangat tubuh sang ibu adalah pelukan paling nyaman, mengusir dingin yang sempat mencengkeram. Kepala gadis kecil itu bersandar di bahu ibunya, dan ia kembali memejamkan mata, kali ini dengan damai, karena ia tahu, ibunya ada di sini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI