Mohon tunggu...
ABIZAR AL GIFARI AL GIFARI
ABIZAR AL GIFARI AL GIFARI Mohon Tunggu... mahasiswa

Teruslah berjuang hingga titik darah penghabisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Perkembangan filsafat dakwah

3 Oktober 2025   16:53 Diperbarui: 3 Oktober 2025   16:53 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya Filsafat Dakwah  merupakan sebuah kajian yang berusaha memahami secara mendalam apa itu dakwah, bagaimana cara kerjanya, apa tujuan utamanya, dan apa landasan yang melatar belakanginya. Kalau dakwah biasanya dipahami sebatas kegiatan menyampaikan pesan agama melalui ceramah, pengajian, atau diskusi, maka filsafat dakwah melangkah lebih jauh. Ia mencoba mengupas makna dakwah bukan hanya dari sisi praktik, tetapi juga dari segi pemikiran, teori, dan metodologi. Dengan kata lain, filsafat dakwah ingin menjelaskan bahwa dakwah bukan hanya aktivitas rutin, melainkan sebuah ilmu yang punya kerangka berpikir, konsep dasar, dan arah tujuan yang jelas.

Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, dakwah sebenarnya sudah berjalan, walaupun masih dalam bentuk yang sederhana dan langsung. Nabi berdakwah melalui perkataan, teladan perilaku, dan tindakan nyata yang bisa langsung dilihat oleh masyarakat. Pendekatannya pun selalu penuh hikmah, menekankan dialog terbuka, serta menyesuaikan dengan kondisi sosial, budaya, bahkan psikologis orang-orang yang menjadi sasaran dakwah. Inilah fase awal di mana dakwah lebih bersifat praktis, belum ada teori tertulis, tetapi mengandung nilai filosofis yang sangat kuat karena berbasis pada pengalaman nyata Rasulullah dalam berinteraksi dengan masyarakat.

Perkembangan filsafat dakwah mulai terlihat ketika ulama-ulama klasik mencoba menuangkan pemikiran mereka ke dalam karya-karya ilmiah. Misalnya, Al-Ghazali yang menekankan bahwa inti dakwah adalah akhlak. Menurutnya, pesan agama akan sulit diterima jika tidak dibarengi dengan keteladanan moral dari seorang da'i. Sementara itu, Ibn Khaldun dalam karyanya Muqaddimah menegaskan bahwa dakwah tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial dan budaya. Ia menghubungkan dakwah dengan peradaban dan melihat bagaimana interaksi masyarakat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan dakwah. Dari sini terlihat bahwa filsafat dakwah mulai berkembang ke arah yang lebih teoritis, tidak hanya soal apa yang disampaikan, tetapi juga bagaimana dakwah itu berfungsi di dalam kehidupan sosial.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan dakwah bisa dibagi ke dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah dakwah konvensional. Pada tahap ini, dakwah dilakukan secara sederhana, belum ada struktur atau metode baku. Seorang da'i biasanya menyampaikan pesan agama secara spontan, emosional, atau dengan pendekatan personal. Tahap kedua adalah dakwah sistematis. Di sini dakwah mulai memiliki aturan, metode, dan norma tertentu. Penyampaiannya lebih terarah, menggunakan perencanaan materi, strategi komunikasi, bahkan memanfaatkan media untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas. Tahap ketiga adalah dakwah ilmiah. Pada tahap ini, dakwah sudah dianggap sebagai sebuah disiplin ilmu. Artinya, dakwah tidak hanya dilakukan, tetapi juga diteliti, dianalisis, dan dievaluasi secara objektif. Ada teori, metodologi, dan kerangka ilmiah yang bisa dijadikan acuan sehingga dakwah menjadi lebih profesional dan relevan dengan perkembangan zaman.

Dalam konteks modern, filsafat dakwah mengalami perluasan makna yang cukup besar. Tokoh-tokoh seperti Sayyid Qutb dan Hassan Al-Banna melihat dakwah bukan hanya terbatas pada ranah spiritual atau ritual ibadah, melainkan juga mencakup aspek sosial, politik, dan budaya. Dakwah dipahami sebagai gerakan yang mampu membangun masyarakat, menegakkan keadilan, serta membawa perubahan sosial. Dengan cara pandang ini, dakwah tidak hanya ditujukan untuk memperbaiki akhlak individu, tetapi juga sebagai instrumen untuk membentuk sistem masyarakat yang lebih baik dan beradab.

Dari perjalanan sejarah ini bisa simpulkan bahwa filsafat dakwah telah mengalami perkembangan yang panjang, dari masa Nabi Muhammad SAW yang praktis dan sederhana, berkembang ke pemikiran para ulama klasik yang lebih filosofis, hingga akhirnya menjadi kajian ilmiah modern yang luas. Filsafat dakwah mengajarkan kita bahwa dakwah tidak bisa dilakukan secara asal asalan. Ia harus memiliki dasar pemikiran yang kuat, metode yang tepat, serta tujuan yang jelas. Dengan begitu, dakwah tidak hanya menjadi kegiatan penyampaian pesan agama, tetapi juga sebuah proses pendidikan, pembinaan, dan transformasi sosial yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun