Mohon tunggu...
Abiwodo SE MM
Abiwodo SE MM Mohon Tunggu... Bankir - Professional Bankers, Student at UI

Bankers yang selalu fokus terhadap "goal-oriented with an eye for detail, a passion for designing and improving creative processes also expertise in corporate relations" Saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di UI.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Lagi! The Fed Naikkan Suku Bunga, Bagaimana Ketahanan Perbankan Kita?

19 Desember 2022   13:43 Diperbarui: 20 Desember 2022   09:04 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di penghujung tahun 2022 ini, dunia tengah dilanda ancaman resesi perekonomian global. Bank Sentral Amerika atau The Fed kembali menaikkan suku bunga sampai 50 basis poin. Kenaikan menjadi 4.5%, merupakan angka tertinggi dalam 15 tahun terakhir ini.

Inflasi! Ya apalagi alasannya, Jerome Powell menaikan suku bunga dipastikan untuk membendung laju kenaikan harga yang terus meninggi. Inflasi dunia sendiri bisa memuncak juga akibat dari ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina.

Bukan suatu hal yang aneh sebab perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina membuat harga pangan hingga energi melambung tinggi. Kondisi tersebut menciptakan disrupsi pasokan secara global saat tingginya permintaan. Hal inilah yang membuat pemulihan ekonomi dunia mengalami hambatan.

Seperti yang pernah saya sampaikan dalam tulisan sebelumnya. Kenaikan suku bunga dan inflasi yang kian memuncak memiliki dampak tersendiri. Berdasarkan penjelasan Bank Indonesia (BI), tingkat inflasi global kemungkinan besar akan mencapai 9,2% di tahun 2022 ini. Kondisi tersebut memicu banyak bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan dengan tujuan meredam kenaikan inflasi.

Adanya kenaikan suku bunga bisa memicu kenaikan produk ataupun barang lainnya. Hal ini lumrah karena berupaya untuk mengendalikan cepatnya laju kenaikan harga. Dengan begitu, sektor keuangan dan perekonomian berimbang.

Selain berdampak pada kenaikan harga produk, kenaikan ini memicu tingginya biaya pinjaman. Kenaikan biaya hipotek imbas dari keinginan pihak perbankan untuk memperlambat dampak buruk di sektor perekonomian. Pergerakan bank mendapatkan pengawasan secara ketat. Pasalnya, Amerika Serikat mendongkrak pergeseran global sehingga biaya pinjaman lebih tinggi.

Dampak ini dirasakan oleh banyak negara di dunia. Bahkan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab termasuk negara yang sudah menaikkan biaya pinjaman. Dengan adanya kenaikan biaya pinjaman, diharapkan bisa memulihkan aktivitas ekonomi maupun tekanan yang memicu kenaikan harga.

Semakin mengkhawatirkan, masalah ini juga mengurangi profitabilitas. Mau tak mau bisnis yang dijalankan juga kesulitan dalam mendapatkan keuntungan. Apabila tak lihai dan kekurangan strategi, bisa membuat bisnis gulung tikar.

Kondisi Perekonomian di Indonesia

Resesi perekonomian global tentunya terdampak bagi Indonesia. Akan tetapi jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, kondisi perekonomian di Indonesia terbilang masih cukup baik-baik saja. Meski begitu, tetap saja harus waspada dan berhati-hati agar tidak terlena sehingga membuat perekonomian memburuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun