Mohon tunggu...
abi wafa
abi wafa Mohon Tunggu... -

Buruh di bengkel pesawat. Terbuka buat diskusi atau tukar opini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Charlie Hebdo, Sebuah Refleksi

11 Januari 2015   20:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:21 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14209567361018849158

[caption id="attachment_345845" align="aligncenter" width="599" caption="Sumber: https://twitter.com/suchacoolboy"][/caption]

If you shoot a satirist, you only make their work more relevant” – unknown

Pagi hari, 7 Januari 2015 di distrik 11 Kota Paris, dunia dihebohkan dengan peristiwa penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo. Peristiwa ini mengakibatkan tewasnya 12 orang. Salah satu korban dalam penembakan tersebut adalah Stephane Charbonnier yang merupakan pimpinan redaksi dan kepala kartunis di Charlie Hebdo.

Charlie Hebdo merupakan majalah satire yang membuat lelucon tentang para pemimpin agama, politisi dan semua keyakinan. Satire, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang.

Liberte, Egalite, Fratertine yang berarti kebebasan, kesamaan dan persaudaraan adalah semboyan Negara Perancis yang digunakan sejak Revolusi Perancis. Dengan semboyan tersebut, bentuk-bentuk kebebasan berekspresi termasuk Charlie Hebdo dapat tumbuh dan berkreasi di Perancis. Tema-tema controversial yang pernah diterbitkan Charlie Hebdo antara lain mengenai Konficius, Paus, Pendeta, Yesus, hingga terakhir Nabi Muhammad SAW. Tokoh terakhir yang disebut inilah yang memicu peristiwa penembakan di Paris tersebut.

Sejarah mencatat, bukan hanya kali ini saja terjadi peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW di Eropa. Tercatat mulai dari pembuatan karikatur Nabi di Denmark pada tahun 2005, Film Innocence of Muslim pada tahun 2010 di Belanda. Terdapat pula film  buatan warga AS yang mendeskripsikan islam sebagai kanker. Film ini berdampak pada tewasnya dubes  AS Christopher Stevens pada demo di Libya  pada tahun 2012. Terakhir adalah pembuatan kartun Nabi Muhammad yang mengakibatkan penyerangan  di kantor Charlie Hebdo. Mengapa umat islam terkesan sangat emosional saat Nabi Muhammad SAW dihina ?

Nabi Muhammad SAW adalah junjungan tertinggi dalam islam. Pemilik suri tauladan terbaik dan manusia yang telah ditunggu- tunggu bahkan dari umat terdahulu. Nabi Muhammad adalah manusia pilihan tuhan. Bahkan tuhan berkata dalam suatu hadist qudsi “kalau bukan karenamu ( Wahai Muhammad), niscaya takkan kuciptakan dunia ini.” Begitu istimewanya Nabi sehingga wajar umat muslim marah terkait penghinaan Nabi. Namun apakah harus menempuh dengan kekerasan bahkan dengan tindakan terror yang menyebabkan kematian ?  karena  Nabi Muhammad SAW  bersabda            “ Barangsiapa membunuh tanpa hak adalah seperti membunuh semua manusia.”.

Kekerasan bukanlah tindakan yang diajarkan Nabi. Terdapat kisah yang dapat menjadi renungan bagi kita semua terkait peristiwa Charlie Hebdo. Alkisah, di pasar Madinah terdapat seorang Yahudi yang Buta. Yahudi tersebut setiap harinya selalu bergumam dan berteriak-teriak “jangan dekati Muhammad, dia itu pembohong, gila & tukang sihir.” Setiap pagi selalu ada orang yang membawakan makanan berupa roti dan menyuapi Yahudi buta tersebut. Lalu orang tersebut pergi tanpa berkata apapun. Peristiwa ini berlangsung rutin dan sempat terhenti beberapa saat. Suatu ketika datanglah orang membawa roti dan menyuapi orang tersebut.

“siapa kau?” Tanya si Yahudi

“Aku orang yang biasa membawakan makananmu” jawab orang tersebut.

“kau bukan orang yang biasa mendatangiku. Ia selalu menghaluskan roti ini sebelum menyuapiku” ujar Yahudi. Abubakar si pembawa roti tersebut tiba-tiba menangis dan berucap “ orang mulia yang selalu mendatangimu adalah Muhammad Rasulullah SAW dan kini Ia telah tiada”. Mendengar penjelasan tersebut si Buta menangis sejadi-jadinya dan tak lama kemudian bersyahadat.

Terkait peristiwa Charlie Hebdo, tindakan yang dilakukan penembak sangatlah kontradiksi dengan sifat-sifat yang diajarkan Rasulullah SAW.  Nabi Muhammad mengajarkan kasih sayang bahkan terhadap pencela nomor 1 nya sekalipun. Tindakan kekerasan bukanlah perbuatan yang diajarkan Rasulullah. Di Indonesia sendiri, muncul gejala-gejala kekerasan atas nama agama  yang dilakukan oleh Front Pembela Anu, Majelis Mujahidin Anu dengan membawa panji-panji agama. Meminjam kutipan gusmus terkait fenomena ini yaitu “ Yang menghina agamamu tidak akan merusak agamamu. Yang merusak agamamu justru perilaku yang bertentangan dengan ajaran agamamu.” Jadi dapat kita renungkan apakah ormas-ormas tersebut merupakan pembela agama, atau malah perusak agama.

Menurut Elvandi, yang harus dilakukan umat islam terkait peristiwa Charlie Hebdo ada dua. Yang pertama adalah mengutuk penyerangan dan penembakan ini dan menjelaskan bahwa islam menentang kekerasan. Yang kedua terus mengikuti Rasulullah SAW dengan menebar kasih sayang sehingga tercermin konsep islam rahmatan lil Alamin. Sehingga kita dapat hidup rukun damai selalu.

“The best way to stop satirist is to ignoring them” @susandevy

Referensi :

Armandhanu, Kartun Nabi, Kenapa Marah ?

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150109101419-135-23461/kartun-nabi-mengapa-marah/

Elvandi. Tragedi Paris, mengkhianati Nabi Tanpa Sadar

http://www.islamicgeo.com/2015/01/tragedi-paris-mengkhianati-nabi-tanpa.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun