Mohon tunggu...
Abi Sahri
Abi Sahri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bengkulu.

Mahasiswa yang tertarik dengan isu terkini seputar Ekonomi, politik, Hukum, dan Sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ketimpangan Ekonomi: Tantangan Sosial dan Politik di Negeri Kaya Sumber Daya

12 Mei 2024   02:14 Diperbarui: 12 Mei 2024   07:10 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.coreindonesia.org/

Di tengah kemegahan sumber daya alam yang melimpah, seringkali kita menemukan sebuah paradoks yang menyakitkan: ketimpangan ekonomi yang merajalela. Fenomena ini tidak hanya menjadi ancaman terhadap keberlangsungan pembangunan ekonomi, tetapi juga menggugah kesadaran sosial dan politik dalam sebuah negara.

Indonesia, sebagai negara dengan kekayaan alam yang melimpah, tidak luput dari dampak ketimpangan ekonomi. Meskipun terdapat lapisan masyarakat yang menikmati kemakmuran, namun masih ada sebagian besar penduduk yang hidup dalam kemiskinan atau di bawah garis kemakmuran yang layak. Ketimpangan ini terlihat jelas dari data yang menunjukkan kesenjangan pengeluaran antara pendapatan dan kesejahteraan kelompok kaya dan miskin yang semakin melebar dari tahun ke tahun.

Dengan menggunakan rasio Gini, Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung ketimpangan ekonomi atau pengeluaran penduduk Indonesia. Rasio Gini Maret 2023 mencapai 0,388 poin dari skala 0-1 poin pada Maret 2023, naik 0,007 poin dari nilai September 2022 sebesar 0,381. Rasio Gini Maret 2022 juga naik 0,004 poin dari nilai Maret 2022 sebelumnya sebesar 0,384.

Dari sisi regional, "penyumbang" kenaikan koefisien Gini Indonesia berasal dari perkotaan. Nilainya pada bulan Maret 2023 sebesar 0,409 poin. Angka ini naik 0,007 poin dibandingkan September 2022 sebesar 0,402. Rasio Gini perkotaan pada Maret 2023 juga meningkat sebesar 0,006 poin dari 0,403 poin pada Maret 2022. Sementara itu, koefisien Gini di perdesaan tetap stabil sebesar 0,313 poin pada September 2022 dan Maret 2023. Angka tersebut justru turun 0,001 poin dibandingkan angka Maret 2022 sebesar 0,314 poin.

Ketimpangan ekonomi ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kesenjangan pendapatan, akses terhadap pendidikan dan kesehatan yang tidak merata, serta ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya dan peluang ekonomi. Faktor-faktor ini sering kali saling terkait dan memperburuk situasi ketimpangan ekonomi.


Dampak sosial dari ketimpangan ekonomi ini tidak dapat diabaikan. Masyarakat yang merasa terpinggirkan dan tidak memiliki akses yang sama terhadap kesempatan ekonomi cenderung menjadi sarang ketidakpuasan dan ketegangan sosial. Ketidakadilan ekonomi dapat memicu ketegangan politik, memperburuk stabilitas negara, dan menghambat pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Oleh karena itu, penanggulangan ketimpangan ekonomi harus menjadi prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Langkah-langkah nyata harus diambil untuk memperbaiki distribusi kekayaan dan kesempatan, melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada lapisan masyarakat yang rentan dan terpinggirkan. Peningkatan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, serta pelatihan kerja menjadi kunci untuk mengurangi kesenjangan dan memastikan setiap warga negara dapat berkontribusi secara maksimal dalam pembangunan ekonomi.

Selain itu, reformasi kebijakan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan harus terus diperjuangkan. Keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan ekonomi perlu ditingkatkan, sehingga kebijakan yang dihasilkan dapat memperhitungkan kepentingan semua pihak. Transparansi dalam pengelolaan sumber daya alam dan redistribusi hasil kekayaan alam juga menjadi kunci untuk memastikan manfaat ekonomi yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam era globalisasi dan persaingan ekonomi yang semakin ketat, Indonesia tidak bisa lagi mengabaikan tantangan ketimpangan ekonomi. Ini adalah panggilan untuk semua pemangku kepentingan, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat sipil, untuk bersatu dalam membangun sebuah ekonomi yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berkeadilan. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat mengatasi tantangan sosial dan politik yang dihadapi oleh negeri kaya sumber daya ini, dan mewujudkan visi Indonesia sebagai negara yang adil dan sejahtera bagi semua rakyatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun