Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Jurnalis Warga (JW) cbmnews.net, Divisi OSDM Panwascam Larangan, Koord. JW Belik Kab. Pemalang -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk Perubahan - Jangan Pernah Berhenti untuk Belajar - Selalu Semangat dan Berkarya melalui ide dan gagasan yang dituangkan dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penjajahan Senyap

13 April 2018   19:51 Diperbarui: 13 April 2018   19:54 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini saya rangkum dari khutbah Jumat Pimpinan Pondok Pesantren Tunas Ilmu Ustadz Abdullah Zein, Lc, MA di masjid Agung Purbalingga yang penulis lihat di  media youtube dengan Judul Penjajah Senyap. Judul yang menarik ini sangat memotivasi dan menjadi cambuk bagi bangsa ini bahwa Penjajahan ini ternyata masih berlangsung, meskipun tidak secara fisik.

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Begitulah, para pendiri bangsa kita, menegaskan sikap dan memberikan pesan untuk para generasi penerus. Sebuah amanah, sebuah amanah yang harus ditunaikan oleh setiap anak negeri. Apabila tidak, maka itu akan menjadi beban hutang yang terusberada di pundak kita bersama.

Penjajahan, identik dengan perbuatan menguasai dan memerintah suatu wilayah, namun menggunakan cara yang tidak benar. Selama ini, penjajahan diasosiasikan hanya dengan serbuan kekuatan senjata. Padahal,. Penjajahan yang tidak kalah bahayanya adalah penjajahan dengan pengaruh ideologi, penjajahan dengan cengkeraman monopoli ekonomi, dan penjajahan dengan penghancuran karakter manusia. 

Bahkan bisa jadi, penjajahan jenis kedua ini lebih berbahaya, sebab prosesnya tak terasa dan tak disadari oleh kebanyakan orang, namun efek kerusakan yang ditimbulkannya jauh lebih dahsyat. Padahal, perang pemikiran ini di mata para penjajah, lebih mudah, lebih hemat waktu dan biaya. Serta jauh lebih efektif dari perang fisik yang banyak menguras tenaga dan biaya yang tidak sedikit.

Invasi Intelektual

Invasi Intelektual pertama kali diterapkan oleh napoleon bonaparte  saat Perancis menaklukkan Mesir sebagai awal sejarah dimulainya perang  yang menyerang pemikiran umat Islam. Bentuk invasi ini menyerang peradaban-menyerang keyakinan, menyerang pemahaman dan pengamalan agama yang benar. 

Umat Islam dibuat menjadi kalah tanpa harus mati secara fisik. Akan tetapi, akal dan pikirannya dilumpuhkan, sehingga mereka ragu dengan kebenaran prinsip dan ajaran Islam, bahkan dibuat takut dengan ajaran agama sendiri. Buktinya, tidak sedikit diantara kaum muslimin yang enggan dan merasa khawatir ketika mengamalkan ajaran dan nilai islam.

Maka saat itu, lenyaplah kepribadian, lenyaplah marwah serta harga diri yang menjadi identitas seorang muslim. Ujung-ujungnya , umat jauh dari islam, sebab mengikuti secara total dalam berbagai aspek kehidupannya paham di luar ajaran islam.

Selain penjajahan pemikiran, para penjajah pun menyasar ekonomi bangsa, mulai dari penguasaan mayoritas aset tanah hingga pengeksploitasian total sumber daya alam. Apabila dahulu Belanda menjarah rempah-rempah dan komoditas lainnya, kemudian dikirim ke negaranya. Maka sekarang, pihak asing mengeruk sumber daya indonesia habis-habisan, lalu bahan mentah hasil tambangnya di ekspor ke luar negeri. 

Pada era kolonial, perusahaan-perusahaan asing asal eropa, Amerika, menguasai sektor eksploitasi kekayaan alam Indonesia. perusahaan-perusahaan yang beroperasi sejak era kolonial tersebut, masih melakukan eksploitasi kekayaan alam sampai hari ini,  ditambah dengan berbagai perusahaan tambang asing yang menguasai kontrak karya pertambangan semakin memperkokoh asing dalam penguasaan kekayaan alam Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun