Ceritanya ketika jualannya habis diborong anak-anak sekolah, ia berencana balik ke rumahnya di Desa Tulehu melewati Desa Tengah-Tengah.
Setiba di Desa Tengah-Tengah penjual bakso keliling itu langsung ditahan Tuti si penjual sayur keliling, Tuti ingin membeli katanya. Namun apa kata tukang bakso kepada Tuti?
"Maaf kaka, bakso sudah habis diborong sama anak-anak sekolah kampung sebelah sana," kata tukan bakso.
Karena saking penasaran, Tuti si tukang sayur ini  bertanya lagi. Anak-anak sekolah di mana, Mas? Bukanya ini hari mingggu.
Mas penjual baksonya tiba-tiba keringatan. Handuk putih di dalam joky motornya dikeluarkan dan membersikah keringat yang berbutir-butir. Bingun dan ketakutan menyertainya.
Ia, kaka tadi anak-anak sekolah paling banyak borong jualan saya. Rumah-rumah disekitar situ juga bagus-bagus dan besar-besar," kata tukang Bakso lagi.
Mas ini gilakah, tidak ada rumah yang bagus-bagus dan besar-besar di tempat yang mas maksud. Itu semuanya pohon kelapa. Sembarangan aja mas kalau bicara," tandas Tuti.
Demi Allah kaka, buktinya ini jualan bakso sudah habis," jelas Tukang Bakso.
Tidak puas dengan ucapanya, mas bakso kemudian mengeluarkan duit yang ia peroleh dari pembelian bakso oleh para anak-anak sekolah. Uang yang tersisih dalam tas kulit kecil berwarna hitam terlihat rapih tak ada keanehan apa-apa.
Uangnya ada, kalau tadi kaka itu bilang tidak ada perkampungan disana, lalu anak-anak sekolah yang tadi itu siapa," pikirnya.
Si mas tukang bakso itu akhirnya pergi meninggalkan desa Tengah-Tengah dan kembali kerumahnya di Tulehu. Beberapa hari kemudian, yang muncul dengan motor keliling yang bisa dipakai mas kemarin, kini dipakai oleh orang lain. Mungkin temannya atau saudaranya.