Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setelah Pattimura Day, Apa Selanjutnya?

17 Mei 2019   02:16 Diperbarui: 17 Mei 2019   13:21 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: alifis.wordpress.com

Kemarin 15 Mei 2019 masyarakat Maluku dengan bangga memperingati hari wafatnya pahlawan nasional Kapitan Patimura. Peringatan ini di warnai dengan berbagai acara seremoni, dan edukasi. Bukan saja orang Maluku yang menetap di Maluku namun di luar Maluku pun kian turut mewarnai peringatan itu sebagai bukti kecintaan mereka terhadap sosok Patimura, dia adalah simbol kemerdekaan Maluku dan Indonesia.

Hanya saja momentum ini masih saja sebagian orang memperdebatkan identitas asli kampung Patimura. Ada yang mengatakan Pattimura berasal dari tanah  Seram, ada juga yang mengatakan Pattimura berasal dari kampung Hulaliu, pulau Saparua. Perdebatan ini terus terjadi ketika  berdekatan momentum peringatan hari wafatnya.

Dari jaman bahuela hingga jaman instastory, identitas asli Pattimura belum terbukti dimanakah naskah asal kampungnya. Ini membuktikan bahwa pahlawan Nasional itu lenyap dengan penggelapan sejarah sehingga ruang perdebatan tak kunjung selesai. Anehnya, ruang debat ini sering terjadi di panggun media sosial, ruang akademis dihilangkan.

Apa Selanjutnya?

Maluku saat ini menjadi provinsi keempat termiskin di Indonesia seperti dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), padahal Provinsi dengan pulau terbanyak ini memiliki kekayaan alam yang melimpah dari darat hingga laut. Hanya saja dengan kekayaan melimpah ruah itu, angka kemiskinan masih saja stagnasi.

Saya pikir konsen untuk mejawab rilisan BPS itu penting, Pattimura pasti berpikir sama. Perjuangan Pattimura sejak kala tidak saja hanya untuk mengusir penjajah dari bumi raja-raja, namun masih panjang yang ingin di perjuangkan Pattimura, apalah daya Pattimura telah tiada. Enggan memeriahkan hari Patimura, di tanah Seram masih terjadi pertikaian antar kampung sampai menghilangkan nyawa manusia, apakah ini yang diinginkan Pattimura? membunuh sesama rakyat Maluku sendiri.

Oleh sebab itu peningkatan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan harus di maksimalkan di daerah pelosok, ini wajib. Begitu juga dengan sarana infrastruktur yang merata, bila peninggkatan kualitas sumber daya manusia menjadi konsen. Penyaluran hak dasar kebutuhan manusia menjadi icon strategis yang harus kita kawal bersama setelah peringati Hari Pattimura.

Gelar Adat, Mandat Yang Harus di Kawal!

Pada setiap momentum peringatan hari Pattimura pemberian gelar adat oleh Majelis Latupati Maluku kepada orang nomor satu di Maluku yakni Gubernur, ini terbilang karena Gubernur adalah pemimpin tertinggi (Upulatu) di Provinsi kepulauan itu.

Pemberian gelar adat mempresentasikan nilai-nilai yang di perjuangkan Pattimura harus dilaksanakan demi kemaslahatan rakyat Maluku. Tentu ini pekerjaan berat mengingat Maluku sekarang memiliki Gubernur baru Bapak Irjen Murad Ismail dan Wakilnya Barnabas Orno. Gelar adat dan Gubernur baru harus mampu juga bersinergi dengan pemimpin daerah kabupaten-kabupaten di Maluku.

Proses pelayanan publik yang efektif masiih saja menjadi kendala, masih tercium suasana primodialisme disana. Ini tentu mandat-mandat yang harus dikawal bersama, paling tidak kita semua punya konsen untuk membangun Maluku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun