Mohon tunggu...
Abi Hasantoso
Abi Hasantoso Mohon Tunggu... Akuntan - Jurnalis

Lahir di Jakarta pada 26 Februari 1967. Berkecimpung di dunia jurnalistik sebagai wartawan Majalah HAI pada 1988 - 1994. Selama bekerja di majalah remaja itu ia sempat meliput konser musik New Kids On The Block di Selandia Baru dan Australia serta Toto dan Kriss Kross di Jepang. Juga menjadi wartawan Indonesia pertama yang meliput NBA All Star Game di Minnesota, AS. Menjadi copywriter di tiga perusahaan periklanan dan menerbitkan buku Namaku Joshua, biografi penyanyi cilik Joshua Suherman, pada 1999. Kini, sembari tetap menulis lepas dan coba jadi blogger juga, Abi bekerja di sebuah perusahaan komunikasi pemasaran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"No More Moonlight Over Jakarta" Perjalanan Ananda Sukarlan Membela Ahok

10 Januari 2018   00:01 Diperbarui: 16 Januari 2018   09:23 14523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua hari jelang pergantian tahun Pianis Klasik Kelas Dunia Ananda Sukarlan mengundang sarapan. Ia tak hanya berbagi makanan dan minuman yang enak, lezat, dan segar di The Raffles Jakarta. Ia pun berbagi cerita tentang perjalanannya mencintai Indonesia dan upayanya membela Ahok.

Jakarta terbilang lengang Jumat (29/12) pagi itu. Tak sampai tiga puluh menit waktu tempuh dari kawasan TMII menuju Mega Kuningan dengan mobil. Pada hari-hari kerja biasanya butuh waktu antara enampuluh menit sampai sembilanpuluh menit untuk jarak yang sama.

Tak hanya lengang. Ibukota pagi itu juga cerah berawan. Cuaca bersahabat. Matahari tak begitu menyengat. Udara masih bersih. Angin bertiup sepoi-sepoi membuat daun-daun pada pepohonan di jalanan seperti menari-nari.

Saat saya tiba di lobi hotel The Raffles, yang terkoneksi dengan Lotte Kuningan, Ananda Sukarlan baru selesai mandi di kamarnya. Ia lalu menjemput saya dan mengajak sarapan ke cafe di lantai atas dengan lift.

Saat duduk di sudut dekat jendela yang dapat melihat jalan layang dan Ambassador Mall, Ananda langsung menawari. "Ayo, ambil makanan kesukaan. Banyak pilihannya." Ia lalu mengambil beberapa potong sushi dan jus segar.

Cafe itu sudah seperti ruang makan di rumahnya. Maklum sudah hampir dua pekan ia tinggal di hotel yang terbilang eksklusif itu.

Sembari sarapan Andy, panggilan akrab Ananda Sukarlan, bercerita panjang tentang kesibukannya menjelang akhir tahun 2017.

"Saya lagi membuat satu komposisi lagu dari sonata Beethoven. Saya salah satu dari 32 komponis dari seluruh dunia yang terpilih oleh 32 Bright Clouds, sebuah institusi untuk proyek sonata Beethoven yang berpusat di Amerika Serikat."

Ananda memilih sonata Beethoven yang berjudul "Moonlight". Komposisi sonata yang ia gubah secara khusus dan personal ini lalu diberi judul "No More Moonlight Over Jakarta".

"Komposisi 'No More Moonlight Over Jakarta' saya persembahkan untuk Ahok. Kebetulan judul sonatanya Beethoven, 'Moonlight', ini sesuai dengan nama Ahok, Tjahaja Purnama, yang berarti sinar bulan purnama. Karya musik saya 'No More Moonlight Over Jakarta' ini merupakan penciptaan, pengembaraan, dan interpretasi baru atas sonata 'Moonlight'-nya Beethoven berdasarkan inspirasi sosok Ahok," papar Ananda, panjang lebar.

"Ini cara saya membela Ahok yang menurut saya telah didzalimi dan menjadi korban politik memainkan isu agama yang sangat brutal. Dengan sonata ini Ahok akan menjadi perhatian dunia. Karena musik klasik mempunyai kelas tersendiri dalam pergaulan pemimpin-pemimpin dunia. Saya berharap Ahok dapat Penghargaan Hadiah Nobel untuk Tokoh Perdamaian Dunia atau Penghargaan Ramon Magsasay."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun