Mohon tunggu...
Abi Hasantoso
Abi Hasantoso Mohon Tunggu... Akuntan - Jurnalis

Lahir di Jakarta pada 26 Februari 1967. Berkecimpung di dunia jurnalistik sebagai wartawan Majalah HAI pada 1988 - 1994. Selama bekerja di majalah remaja itu ia sempat meliput konser musik New Kids On The Block di Selandia Baru dan Australia serta Toto dan Kriss Kross di Jepang. Juga menjadi wartawan Indonesia pertama yang meliput NBA All Star Game di Minnesota, AS. Menjadi copywriter di tiga perusahaan periklanan dan menerbitkan buku Namaku Joshua, biografi penyanyi cilik Joshua Suherman, pada 1999. Kini, sembari tetap menulis lepas dan coba jadi blogger juga, Abi bekerja di sebuah perusahaan komunikasi pemasaran.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Siapa yang Bersedih Melihat Edisi Cetak Terakhir Majalah "Hai"?

8 Juni 2017   20:34 Diperbarui: 11 Juni 2017   06:27 5397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"HAI itu majalah. Bentuknya cetakan. Kalau dalam bentuk cetak tidak terbit lagi, buat saya HAI hanya tinggal nama," ungkap Tris yang sengaja tak mau datang ke acara karena tahu ia pasti akan menangis.

Kesedihan juga dirasakan Redaktur Otomotif Agus Langgeng alias AL. Kerajaan Bisnis Otomotif Group yang sukses dipimpinnya menjadi tulang punggung Kelompok Majalah KOMPAS GRAMEDIA bermula dari "nebeng" ruang rapat redaksi HAI yang jadi kantor saat ia mempersiapkan lahirnya Tabloid Otomotif.

AL, yang biasa dipanggil Chief oleh anak buahnya, tak mau banyak berkomentar. "Mendingan kita makan bakso aja," kata AL didampingi fotografer lepas HAI Nanang Baso alias NB.

Majalah HAI yang sudah terbit selama 40 tahun mulai bulan Juni 2017 ini berhenti cetak dan pindah platform media digital (Dokumentasi Pribadi)
Majalah HAI yang sudah terbit selama 40 tahun mulai bulan Juni 2017 ini berhenti cetak dan pindah platform media digital (Dokumentasi Pribadi)
Ada yang bilang jangan tanyakan mengapa "Cuma HAI yang Bisa Begini" akhirnya menjadi "mati tragis dengan cara seperti ini".

Saya tak percaya teori "senja kala media cetak" sebagai rasionalisasi perpindahan platform HAI dari media cetak menjadi format digital sekarang ini.

Saya lebih percaya apa yang dikatakan Mas Wendo: HAI itu tempatnya ide dan gagasan besar. Majalah HAI berhenti cetak itu karena ide sudah mati! Tongkring. 

(Abi Hasantoso, inisial abiha atau ABI, staf redaksi Majalah HAI 1988 - 1994)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun