Mohon tunggu...
Abi Elha
Abi Elha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dengkur Manis Istriku (Jilid 4)

8 Maret 2018   06:25 Diperbarui: 8 Maret 2018   07:36 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.blogkhususdoa.com

Episode : Isteriku kembali mendengkur

Ruang kamar masih gelap. Beberapa menit menyesuaikan diri, Ressa kemudian mengangkat badannya. Meluruskankan kaki, me-ngulet kekiri  kekanan. Sejurus melihat jam dinding di samping kiri lemari pakaian. Dua jarum jam mengarah pada pukul 02.48'.

"Masih ada waktu" gumam Ressa

Ressa membalikan badan, melihat Poethry dan tersenyum. Tangan kanannya segera menyapu rambut isterinya dari ujung kening hingga belakang kepala. Membisikan sesuatu, "Yuk, tahajjud...."

Tak ada reaksi, hanya sedikit suara yang keluar dari mulut Poethry. "Hmmmm..." lalu diteruskan dengan dengkuran khas, bernada pelan dan sedikit suara batuk. "Uhuk..."

Ressa meneruskan belaiannya, sekali dua kali disertai dengan kecupan mesra di kening isterinya.

Segera Ressa mengambil pakaian baru dari balik lemari dan menuju kamar mandi. Rasanya seger seger dingin ketika air shower menyentuh tubuhnya. Maklum, waktu masih berada di kisaran malam menjelang shubuh. Ayampun belum mendendangkan lagunya. Sesekali terdengar suara jangkring, yang entah dari mana. Atau jangan -- jangan hanya perasaan seorang Ressa saja. Tak Cuma itu, dari balik dinding kamar mandi juga terdengar seperti orang lain yang sedang mandi. Entah, apakah tetangga sebelah rumah juga memiliki kebiasaan yang sama, mandi di tengah malam -- dini hari, atau suara percikan air dari beberapa rumah yang lain, atau memang suara khayalan yang terdengar di telinga Ressa, atau jangan -- jangan benar, bahwa makhluk halus pun menikmati mandi di tengah malam. Wallahu'alam. Bagi Ressa, semua itu bukan bagian dari urusannya. Ia masih tetap menikmati kegiatan berkecimpung dalam ruangan 4 x 4, dengan nuansa pemandangan pada keramik dindingnya dan perhelatan shower yang menyerupai air terjun tunggal yang dapat disetting bentuk pancurannya.

Selesai mandi dan mengeringkan badan, Ressa menyempatkan diri untuk masuk ke kamar anak -- anaknya. Iqbal, putera bungsunya adalah kamar yang pertama dimasuki. Tidak merubah cahaya ruangan yang memang sengaja digelapkan agar dapat lebih nyaman beristirahat. Perlahan -- lahan membuka pintu kamar, seolah berupaya meredam suara yang berusaha keluar dari engsel pintu. Perlahan -- lahan juga menggerakan kaki, tak bersuara seperti tak berpijak pada bumi. Membetulkan posisi selimut, mengusap punggung Iqbal yang terbiasa tidur miring ke kanan, lalu membisikkan, "Bal, terusin tidurnya. Biarin tetep mimpi. Ga apa -- apa. Nanti kalo udah gede, udah SMP atau SMA biasain bangun malem. Komunikasi ama Allah. Nikmaaaat Rruar biasa",...... Ressa mengecup kening anak bungsunya itu.

Yang kedua yang dimasuki adalah kamar Junior, anak keduanya. Sama seperti tadi, Ressa berusaha meredam semua suara yang mungkin muncul dari pergerakan kaki, pergeseran pintu dan suara -- suara lainnya. Tidak merubah cahaya lampu, tetap temaram seperti semula. Memandangi anak keduanya dengan khidmat. Tampak Junior tertidur pulas setelah hamper seharian kemarin beraktifitas penuh. Yaaa, Junior adalah anak yang aktif. Futsal, Marawis, Takhosus (menghafal Al-Qur'an secara khusus), semua diikutinya. OSIS, aaah... itu mah udah kudu.

Ressa tersenyum lebar melihat posisi tidur Junior yang lumayan unik. Sedikit miring dengan menggunakan bantal guling sebagai penopang tubuhnya. Tangan kanannya mengepal dan lurus ke atas sementara tangan kiri berada di balik punggungnya dengan posisi setengah mengepal. Kaki kanannya lurus dibawah bantal guling dan kaki kirinya ditekuk dengan lutut menjorok melintasi bantal guling. "Kek Supermen lagi mau terbang" gumam Ressa.  Ada lagi, mata kanannya tertutup rapat sementara mata kirinya seperti membuka setengah. Pokoke seru deh ngeliatnya, yaasalaaam.

Sama juga seperti Iqbal, Ressa membetulkan posisi selimut, mengusap punggungnya yang terhalang oleh tangan kiri Junior dan membisikkan, "Fi, terusin mimpinya. Mau jadi Supermen, Betmen, ga apa -- apa asal jangan Wonder Woman. Ga bae.  Fiii, setahun lagi harus udah bisa bangun malem. Tahajjud, dan membisikan bumi dengan suara Tahmid" lalu di kecup kening anaknya. Kali ini kecupannya ditemani dengan air mata hangat yang kulonuwun keluar dari kelopaknya. Air mata hangat itu jatuh menetes di kening Junior, membuat Junior menggeliat sebentar mengusap air hangat yang terjatuh di keningnya dan kembali tidur. Tiba -- tiba, "Yah.....jam berapa ?" Junior terbangun dan bertanya.

"Jam 3 lewat di.....k....i.......t  " jawab Ressa tak melanjutkan kalimatnya dengan lengkap, karena Junior sudah terlelap kembali setelah pertanyaannya selesai. Seolah gak peduli pertanyaannya itu terjawab atau tidak

Ressa segera membalikan badan bergegas keluar kamar, tak ingin kehadirannya menggangu tidur anaknya. Di depan pintu kamar Junior, Ressa terpaku. Terdiam beberapa saat. Memikirkan kenapa di depan anak keduanya ia menangis. Apakah ia lebih sayang kepada anak keduanya, atau akumulasi kasih sayang ke Iqbal dan ke Junior yang telah disambanginya. Aaaah,.....Ressa menggelengkan kepalanya

Kamar Luthfi adalah kamar yang apik. Yups yups, Luthfi adalah tipe anak yang rapih, relatif lebih rajin ketimbang kedua adiknya. Bahkan dalam hal berpakaianpun cenderung lebih style, lebih modis.

Perlahan -- lahan pintu terbuka. Tidak ada suasana temaram, tidak gelap seperti kamar Iqbal dan Junior. Posisi tidur Luthfi juga lebih stabil. Terlentang, tenang dengan selimut juga terlihat rapih hingga dada. Kedua tangannya terlipat atas perut, diatas selimut. Ressa tidak membetulkan posisi selimut Luthfi, tidak juga mengusap punggungnya. Ressa hanya duduk disisi tempat tidur dan mengusap rambut Luthfi dari depan hingga keatas, dua kali, tiga kali. "Luthfi..." ujarnya dengan sebutan nama yang lengkap

"Kk, anak tertua. Abang dari Iqbal dan Junior"

"Ayah tahu Kk berasa koq beda. Kk keliatan lebih banyak kerjaan disbanding Iqbal ama Junior. Tapi,.....Ayah ama Ibu nyiapin Kk jadi anak yang baik, jadi pemimpin. Karena Kk bisa, Kk mampu ayah yakin itu. Apalagi Kk juga bisa bawa ade -- ade jadi anak baik....."

"....kali ini Ayah ga bangunin Kk, supaya Kk bisa istirahat lebih banyak. Kemaren Kk banyak kerja bantu -- bantu di rumah...." Kecupan sayang mendarat persis di keningnya. Lagi -- lagi Ressa menitikkan air mata. Segera Ressa keluar kamar dan kembali terpaku di depan pintu kamar anaknya. Ia merenung, dan berfikir dalam hati, "air mata itu..keluar karena akumulasi kasih saying..." bathinnya

Ressa tak mau ada pembedaan perlakuan kepada ketiga anaknya.

"Allahu Akbar" Sholat Tahajjudpun dimulai.

---ooOoo---

"Yaa Allah, ampunilah segala salah, khilaf noda dan dosa anak -- anak hamba, isteri hamba dan keluarga hamba. Karena kesalahan mereka, tidak beraturan sujudnya mereka di malam hari. Tidak tahajjudnya mereka pada mala mini karena kesalahan hamba. Mereka masih lelah. Hamba yang salah Yaa Rabb....hamba terlihat egois. Luthfi dan isteri hamba kali ini tidak ikut mencium bumi membisikan asma Mu, Karena salah hamba. Hamba terlalu cinta mereka, hingga tidak membangunkan mereka. Jika ini sebuah dosa dan kesalahan, limpahkan semua dosa itu pada hamba Yaa Rahman Yaa Rahiim....."   

  

 Salam ukhuwah

--elha---

7.3.2018

FB      : abi elha                                              Twitter : lukmanrbt                                                                

Path  : elha motivator bumi                        Ig    : elha  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun