Mohon tunggu...
Abest
Abest Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Segala puji dan syukur untuk segalanya hari ini

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Rekan PKS Marilah Tinggalkan Ghibbah

16 Oktober 2014   23:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:44 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: http://4.bp.blogspot.com

Mengapa saya mengucapkan ajakan ini ? Apa hak saya ? Sok kenal mengaku-aku rekan, sedang rekam jejak di kompasiana menunjukkan berseberangan dalam pilihan politik ? Coba lihat foto akun saya, itu asli saya 2 tahun lalu -karena saya jarang berfoto tak pernah selfie. Kira-kira orang di foto itu seorang pendukung partai apa? Ya, saya mencoblos PKS di tahun 2004. Tampang boleh seolah PKS, hati siapa tahu ? Hatinya adalah hati seseorang yang tertarik dengan yang menjadi tujuan kader PKS saat itu, sehingga memilih PKS di Pilleg. Tujuan PKS di Indonesia boleh saya tangkap dan terjemahkan secara sederhana dalam satu kalimat ringkas, untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi alam, di bumi Indonesia. Wujud rahmat bagi alam -termasuk manusia-manusia di dalamnya- yaitu amal perbuatan kita orang PKS, termasuk tingkah laku dan ucapan memberikan manfaat bagi orang lain, tidak sekedar untuk kehidupan nanti di akhirat, bahkan sudah terasakan sebagai rahmat sejak di kehidupan dunia ini. Terjemah sederhana rahmat adalah kebaikan. PKS perlu masuk ke kekuasaan pemerintahan  dan masuk ke parlemen negara Indonesia. Semakin banyak porsi kursi PKS di pemerintahan dan di parlemen, semakin bertambah kekuatan untuk mencapai tujuan. Karena itulah PKS menjadi partai terbuka dan menarik dukungan suara sebanyak-banyaknya dari rakyat Indonesia, termasuk saya ini. PKS sebagai produk, dan rakyat Indonesia sebagai konsumen. Tujuan antara adalah meraih konsumen sebanyak-banyaknya. Untuk dapat meraih target penjualan produk sebanyak-banyaknya, tentu harus menawarkan spesifikasi produk yang menarik. PKS yang sebelumnya adalah PK sudah memiliki itu. Gambaran orang-orang PKS yang lurus, jujur dan bersih, sangat cocok dengan harapan rakyat Indonesia yang menginginkan wakil dan pemimpin yang seperti itu. Dan Islam lagi, sangat cocok dengan rakyat Indonesia yang mayoritas muslim, dan telah lama kecewa dengan tingkah laku politisi partai Islam yang hanya sholeh dalam perilaku ritual tapi tanpa kesholehan sosial. Lalu mengapa spesifikasi produk yang bagus itu berangsur-angsur menghilang, dan muncul tingkah laku, ucapan dan perbuatan para petinggi PKS yang tidak ada bedanya dengan politisi-politisi lainnya? Tidak perlu berdebat dengan kriteria, sebagai manusia normal yang waras dan dalam kondisi tenang, dapat menilai ucapan dan perbuatan seorang politisi itu baik atau buruk. Lebih jeli lagi, tanpa perlu mengetahui perbuatan dan mendengar ucapan, melihat mimik muka dan gestur tubuh saja kita bisa menilai isi mentalitas seseorang. Tidak perlu meributkan menuduhkan pencitraan. Kalau orang lain bisa melakukan pencitraan yang sangat canggih dan rapi dengan hasil perolehan suara di Pemilu yang memuaskan, kenapa kita tidak dapat melakukan hal yang sama atau lebih baik ? Orang hidup selalu melakukan pencitraan sehingga terbentuk topeng kepribadian. Manusia melakukan pencitraan di depan Tuhan demi tujuan mendapatkan pahala dan surgaNya, dan sering terpeleset melakukan riya' memamerkan kepada sesama manusia. Bila saingan membuat produk bagus, kita buat yang lebih bagus atau bila sulit, menyamai. Berjualan mie ayam, buatlah masakan yang enak, tempat dan peralatan jualan yang bagus dan bersih, pelayanan yang cepat dan ramah, dan memiliki nilai lebih dari warung mie pesaing. Dengan cita rasa yang sama, warung mie ayam kita memberi  mie sedikit lebih banyak, lantai dan meja lebih bersih, pelayanan sedikit lebih cepat, senyum sedikit lebih lebar, walau serba sedikit, bila itu melebihi pesaing, sudah membuat perbedaan. Itu cara yang benar, menunjukkan segala nilai lebih dan kebaikan produk sendiri, bukan malah mencaci maki dan mencari-cari keburukan produk saingan. Menyebarluaskan kepada para calon pembeli di pasar, menuduh warung pesaing memakai penglaris, masakan menggunakan pengawet yang berbahaya, dagingnya dari ayam bangkai yang lebih murah. Itulah ibarat yang bisa saya gambarkan tentang kelakuan para politisi PKS akhir-akhir ini. Membuat saya dan orang lain yang seperti saya meninggalkan PKS. Hanya orang jelek yang mengeluarkan ucapan-ucapan buruk. Masyarakat secara umum bisa menilai dan menangkap hal seperti itu. Jangan meributkan orang lain yan juga melakukan keburukan, tetapi fokuslah pada diri sendiri menyadari dan mengakui telah berbuat buruk, sedang kita sebagai pemegang panji ajaran kebaikan. Jangan berargumen di kelompok lain yang berbuat buruk lebih banyak, tapi koreksilah kelompok sendiri agar bersih dari orang yang berbuat buruk. Mengapa mencari pembenaran dalam melakukan 'sedikit' keburukan dalam rangka siyasah politik dan demi kepentingan perjuangan. Sekerat keburukan tetaplah keburukan. Dan orang-orang beriman berjuang mencapai kebaikan dengan cara dan proses yang baik juga. Hasil adalah prerogatif Tuhan yang telah menuliskan rangkaian kisah kehidupan semesta makhluk. Tugas manusia yang diuji, apakah telah mencapai kemenangan yang sudah ditakdirkan dengan langkah-langkah yang baik, apakah memperoleh kekalahan yang sudah dituliskan Tuhan dengan cara usaha yang baik. Celakalah orang-orang yang memperoleh hasil suratan hidup yang jelek, dengan cara-cara yang buruk. Tuhan menilai cara kita melangkah di dunia, apakah megal-megol, jentat-jentit, gemulai, tegap, miring, ndengklak, atau membungkuk. Baik atau buruk, langkah hidup kita. Sedangkan hasil akhir, tujuan dari langkah-langkah kita, semua sama berakhir di kuburan. Sebagai manusia yang diberi kemerdekaan oleh Tuhan, saya tidak bersedia diperdaya oleh para pengurus dan petinggi PKS yang mulai tergoda kenikmatan duniawi dan syahwat kekuasaan. Tuhan telah menganugerahi manusia dengan akal untuk menghadapi tipu daya iblis, dan saya termasuk yang mendapat anugerah itu. Tidak mau saya tertipu kooptasi meski berbaju islami dan menggunakan permainan formasi makna ayat-ayat Tuhan. Maka berpisahlah saya dari PKS. Tentu rekan-rekan di PKS menilai saya salah, tertipu, terpedaya. Untuk diingat bahwa bukan baju islami dan ritual yang dinilai. Orang ber KTP Islam, memakai baju koko dan peci bisa keluyuran di waktu subuh, untuk mencari mangsa sepeda motor untuk dicuri. Perbuatan maling tersebut menunjukkan tidak adanya Tuhan di hatinya, dia bukan orang beriman. Sedangkan sudah jelas Tuhan tidak menilai dari tampilan fisik kita, tapi dalam hati manusia. Dengan mencampuradukkan cara-cara berpolitik buruk seperti yang sudah terungkap KPK, dan ucapan-ucapan buruk dalam komunikasi politik sebagaimana ditampilkan pengurus PKS yang menjadi pimpinan di DPR, apakah artinya kita sudah putus asa kepada Tuhan dengan cara-cara yang lurus dan benar sesuai tuntunanNya ? Cara lurus dan benar sudah terbukti tidak berhasil ? Persetan (biarlah untuk setan) hasil dan kejayaan di dunia. Urusan kita lulus ujian dunia ini untuk tetap melangkah di jalan lurus. Iblis pernah membawa Nabi Isa terbang ke langit, menunjukkan seluruh imperium di bumi, dan menawarkannya kepada beliau. Jawab Nabi Isa ? "Buat kamu saja, Tan, Setan..." Bukankah kekuasaan atas seluruh imperium di bumi, suatu puncak kesuksesan politisi ? Bandingkan dengan beberapa kursi menteri RI. Bagi Nabi Isa, lebih memilih Tuhan yang di hati. Mari kita menyendiri dan melepaskan semua 'baju' politik sejenak, mengambil jarak agar bisa melihat dengan jelas. Ya, jarak diperlukan antara mata dengan yang dilihatnya. Bila sesuatu menempel di mata seperti belek, sebesar gajah pun tak akan bisa kita melihat. Lalu melihat sesuatu apa adanya. Matahari sebagai matahari, bulan sebagai bulan. Bila kita melihat menggunakan kacamata nafsu tertentu, seperti bulan akan tampak sebagai bakso bagi orang lapar. Ah, saya orang naif tidak tahu realita besar seperti Anda-Anda yang pintar ? Beruntunglah saya yang naif dan sederhana, sehingga bisa melihat Prabowo dan Jokowi apa adanya. Tapi terserah tentang pilihan politik, Anda suka pedas berlemak, saya suka yang gurih garing. Tetapi sungguh meruginya bila ada produk berharga seperti Jokowi, yang saat di Solo PKS mendukungnya, sekarang berada di panggung nasional dan justru PKS tidak menjadi salah satu penjualnya ? Tidak bisakah memahami, doa sekian ratus juta rakyat selama sekian puluh tahun sudah memenuhi meluberi wadah penampung do'a di langit, sedangkan para politisi pemimpin negeri dan partai-partai politik belum ada yang siap sebagai pelaksana pengabulan do'a. Sehinga seorang Jokowi (sebagai pemimpin negara besar di bumi, tentu tidak main-main, dan ada faktor Tuhan bermain) harus dinaikkan melalui PDI-P yang dikenal tempat bersarangnya orang-orang yang tertuduh buruk, dan oposisi,  dan bukan melalui PKS tempat orang baik dan rombongan partai penguasa lain, dan dinaikkan sendiri oleh Prabowo yan adalah lawan beratnya. Sesuatu yang menggelitik akal sehat. "Apakah kamu tidak berpikir ?" Kembali ke judul, marilah kita fokus saat ini, karena hidup adalah saat ini. Yang lalu sudah berlalu, yang akan datang, belum tentu kita sampai di sana. Dan untuk saat ini, marilah kita berpikir yang baik, yang buruk-buruk mengotori hati kita, menutup cahaya Tuhan di hati. Marilah kita berbicara yang baik dengan cara yang baik, kalau tidak bisa, lebih baik kita diam. Marilah kita berbuat yang baik, yang bermanfaat bagi orang lain, syukur orang lain se-negara, agar kita masuk ke dalam golongan sebaik-baik manusia. Tentu rekan-rekan membatin, saya ini 'nguyahi segoro', sok berkhutbah kepada yang ahlinya, hahaha ... Mari kita beramal sholeh, ritual dan sosial, dan tinggalkan ghibah wal fitnah. Hentikan segala ucapan sinis maupun caci maki. Cukup sudah tulisan-tulisan mencari-cari dan menyiarkan keburukan orang lain, seperti broadcast dari pkspiyungan itu. Alhamdulillah bila web itu bukan dari rekan-rekan PKS. Jangan berargumen itu taktik politik. Itu taktik politik yang gagal total. Gagal di politik dan gagal untuk kehidupan pribadi kita. Biarlah orang lain yang bersumpah serapah, mencaci maki, menfitnah, itu akan menjadi perhitungan mereka nanti dengan Allah. Jangan kita yang seperti itu. Dan semoga dengan kembali baiknya kita, lalu kembali baik para pimpinan partai, dan bisa menarik lagi dukungan masyarakat. Bukankah itu yang dicari sebuah partai politik. Kapan para penulis dan penikmat tulisan ghibah di pkspiyungan itu terakhir kali tersenyum ? Tulisan seperti itu hanya mengotori hati menambah-nambah amarah, kebencian dan dengki. Dan hati yang penuh kebencian membuat orang tidak bisa tersenyum lagi. Karena kita memilih Tuhan, harusnya kita memilih kedamaian di hati kita. Karena Tuhan adalah Salam, Damai, sebagaimana dzikir kita setiap selesai shalat, Allahumma Antas Salaam... Ya Allah Engkaulah Kedamaian, DariMu Kedamaian, KepadaMu lah Kedamaian, Hidupkanlah diriku dalam Kedamaian, dan masukkan diriku ke dalam Surga Kedamaian....

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun