Mohon tunggu...
Inin Nastain
Inin Nastain Mohon Tunggu...

Nikotin, Kafein, http://atsarku.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku Rindu Istriku

11 Agustus 2010   17:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:07 1618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ramadan sekarang adalah romadan yang ke lima kalinya, aku jalani tanpa keluarga. Aku lalui buka, tarawih, witir tadarus dan sahurku tanpa ada seorang istri yang aku cintai. Berat, sangat lah mungkin. Terkadang aku merasa cemburu dengan rekan-rekan ku yang hilir-mudik, tarawih, tadarus dan sahur bersama dengan istrinya. Tapi aku, lagi-lagi hanya seorang diri melalui ceremonial dalam bulan puasa ini. Aku hanya bisa mendengar suara istri dari balik HP ku setiap kali aku menjalani kegiatan, entah itu buka, tadarus dan lain-lainnya.

Orang-orang bilang, dengan bertelepon bisa mengobati sedikit kerinduan, tapi bagi aku tidak. Tidak jarang aku meneteskan air mata, mendengar suaranya di sana. Dan setiap kali aku mendengar suaranya, kerinduan ku makin besar. Kerinduan pada seorang istri yang sangat aku cinta, kerinduan pada seorang istri yang selama ini, menuntunku, mengajariku berbagai hal. Dan diam-diam aku pun sering mendengar suara isak dia menahan kerinduan yang sama seperti yang aku rasakan dari balik teleponnya.

Aku baru bisa melampiaskan kerinduan pada istri kuyang aku tikah 7 tahun yang lalu itu ketika beberapa hari menjelang lebaran. Nampak jelas dalam cahaya muka nya dia menahan kerinduan yang tidak bisa disembunyikan. Kerinduan yang amat dalam yang tidak kalah dengan kerinduan yang aku miliki.

Sesekali waktu, dengan sangat hati-hati pernah dia ungkapkan saran kepada ku “Mas, gimana kalau Mas ganti kerja, yang memungkinkan tidak membuwat kita selalu berjauhan Mas. Tapi maaf, Mas, bukan berarti akutidak ikhlas dengan pekerjaan Mas, bukan aku tidak rela menjadi istri dari Mas.” Dengan hati-hati dia ucap itu. Dan rasa salahku pada istriku semakin menyesak dalam rongga dadaku

Ah, jelas kata-kata itu membuwat aku semakain merasa bersalah pada istri ku. Sangat merasa bersalah.Dan jujur, aku lebih merasakan kerinduan yang dalam dibanding dengan istriku. Aku rindu istri ku, bukan rindu untuk menyuruh dia, aku rindu istriku untuk bisa mendampingiku, menuntunku dan mengingatkan aku dalam segala aktifitasku.

Maafkan aku, wahai bidadari ku…. Sungguh, aku sangat merindukan dan membutuhkan mu… sampai kapanun, aku akan selalu menyayangi dan berterima kasihkepada Tuhan karena telah mentaqdirkan kau sebagai pendamping ku….

Maafkan aku, karena aku tidak bisa menjadi suami yang baik… maafkan aku, karena aku masih selalu saja membuwat kau menangis, istri ku…..

(Aku dedikasikan tulisan ini untuk seorang sahabat yang dalam puasa ini berada jauh dari istri dan atau suaminya…. Yakin lah, istri dan atau suami anda sangat mencintai anda dan bangga karena telah memiliki suami dan atau istri ada. Yakin!!)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun