Mohon tunggu...
Abelita Mohamad
Abelita Mohamad Mohon Tunggu... Universitas Negeri Gorontalo

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

filsafat moral imanuel kant dan urgensinya dalam pendidikan

2 September 2025   15:50 Diperbarui: 2 September 2025   16:07 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Abelita I Mohamad 

Manajemen Pendidikan

Universitas Negeri Gorontalo

Dosen Pengampuh : Darmawan Thalib S. Pd, M. Pd

      Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang didasarkan pada prinsip moral sebagai pedoman dalam perilaku mereka. Salah satu penyebab utama munculnya fenomena penurunan kehidupan moral adalah pemanfaatan teknologi informasi untuk mengakses dan mengungkap hal-hal buruk, seperti pornografi, kecanduan game online hingga lupa waktu, serta penggunaan media sosial yang berlebihan, yang sering dilakukan oleh masyarakat (Fuadi, 2011). Hal ini berdampak pada perubahan perilaku sosial, di mana banyak orang cenderung menjadi antisosial. Artinya, mereka semakin jarang berusaha membantu orang-orang di sekitar mereka dan kurang peduli terhadap lingkungannya (Sunarto, 2017). Tindakan-tindakan tersebut menunjukkan bahwa manusia melewati suatu proses penemuan jati diri guna memahami kehidupan mereka sendiri, mengenali diri mereka, serta membangun hubungan dengan orang lain (Dewantara, 2017). Christiana (2013) menjelaskan hal ini dengan mengatakan bahwa kepatuhan terhadap prinsip-prinsip moral dapat berdampak negatif pada kemampuan manusia untuk bertahan hidup dan berkembang menjadi spesies yang berbeda dari spesies lain yang berkomunikasi satu sama lain. Mengingat bahwa prinsip-prinsip moral akan semakin diterima seiring kemajuan teknologi informasi, maka filsafat moral Kant akan menjadi semakin penting dalam membangun masyarakat yang bermoral baik. Penelitian Syahputra (2020) juga menunjukkan bahwa moralitas, atau filsafat, dapat membentuk seseorang menjadi manusia seutuhnya dan bahwa sifat kemanusiaan itu sendiri dapat dicirikan melalui filsafat.

      Menurut Immanuel Kant, moralitas hanya dapat dipahami melalui akal dan tidak dapat ditanamkan kepada manusia melalui faktor eksternal. Menurut Kant, melakukan apa yang benar dalam diri sendiri dikenal sebagai kehendak baik. Melakukan hal yang benar merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan tanpa menghalangi perasaan orang lain atau membuat mereka merasa tidak nyaman terhadap hal lain (Falikowski, 1990). Oleh karena itu, Kant menjelaskan pemikirannya dengan menekankan bagaimana manusia seharusnya memenuhi kewajibannya, bukan sekadar bagaimana manusia menjalani kehidupannya. Lebih lanjut, Immanuel Kant (dalam Dahlan, 2009) menjelaskan dalam bukunya The Critique of Pure Reason bahwa dasar moralitas didasarkan pada hukum-hukum alam yang dapat diajarkan kepada manusia melalui paham apriori akal budi murni. Hukum-hukum tersebut ditetapkan melalui undang-undang moral dan dapat diajarkan kepada manusia sejak usia dini. Hukum moral ini berperan penting dalam menciptakan keteraturan dalam hubungan antarmanusia dan seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Berdasarkan hal tersebut, moralitas, menurut Kant, adalah konsep yang berkaitan dengan benar dan salah, yakni apa yang benar dalam diri seseorang tanpa adanya keberatan dari pihak mana pun.

      Immanuel Kant membedakan dua jenis imperatif, yaitu imperatif kategoris dan imperatif hipotetis. Imperatif hipotetis merupakan suatu perintah atau pedoman yang harus dibuat oleh manusia berdasarkan syarat-syarat yang relevan, di mana kualitas suatu hipotesis sangat dipengaruhi oleh hasil yang ingin dicapai. Dalam konteks ini, Kant membedakan dua bentuk imperatif hipotetis, yaitu: Imperatif hipotetis praktis, yaitu sekumpulan instruksi atau aturan yang harus diikuti oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, “Jika seseorang ingin lulus ujian, maka ia harus belajar dengan rajin.” Imperatif hipotetis problematis, yaitu pedoman moral atau saran yang dapat diikuti sesuai kebutuhan, seperti anjuran dokter kepada pasien untuk meminum obat dalam dosis seminimal mungkin. Sementara itu, imperatif kategoris bersifat mutlak dan tidak bergantung pada hasil. Menurut Kant, penilaian moral tidak boleh didasarkan pada konsekuensi atau hasil yang diperoleh, melainkan pada kewajiban moral itu sendiri. Dengan kata lain, imperatif kategoris merupakan persyaratan moral yang harus ditaati tanpa memandang manfaat atau akibat yang ditimbulkannya.

      Tindakan yang dimotivasi oleh prinsip moral (niat baik) memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup manusia. Moralitas, oleh karena itu, tertanam kuat dalam kemanusiaan manusia dan memiliki hubungan yang erat dengan sesama manusia. Identitas manusia sebagai pribadi berkaitan erat dengan moralitas. Karena Kant berpendapat bahwa karakter manusia hanya dapat bernilai moral jika didasarkan pada niat baik niat baik menentukan apakah karakter seseorang baik atau buruk moralitas juga berakar pada kodrat manusia (Suseno, 1997). Namun, perilaku manusia cenderung baik meskipun tidak dimotivasi oleh niat baik; misalnya, berbuat baik karena dianggap menguntungkan atau karena dimotivasi oleh hati nurani, menjadikannya sebuah keharusan, alih-alih kewajiban. Hasil penelitian Rahmi dkk. (2020) memberikan penjelasan rinci tentang sejumlah tindakan yang diperlukan untuk menerapkan moralitas dalam kehidupan sehari-hari, seperti: Nilai moral ditunjukkan melalui cara orang berperilaku dalam pergaulan dengan orang lain;  nilai moral ditunjukkan melalui perilaku yang rendah hati, terutama ketika seseorang menerima keterbatasannya dan bertanggung jawab atas tindakannya di masa lalu; dan  nilai moral ditunjukkan melalui keberanian mengakui kesalahan dan berusaha memperbaiki diri.

      Kant menekankan pentingnya imperatif kategoris dalam pendidikan, yang berarti bahwa guru hendaknya mengajar siswa dengan keyakinan bahwa sesuatu yang diajarkan adalah baik, bukan semata-mata karena dimaksudkan demikian. Tindakan ini memungkinkan seseorang menjalani hidup selaras dan harmonis dengan dirinya sendiri. Hal ini juga berlaku bagi siswa, yang diharapkan belajar bukan karena dorongan dari luar diri mereka, melainkan karena mereka terinspirasi untuk belajar dalam hal apa pun. Selain itu, kesadaran untuk tidak merugikan orang lain termasuk dalam kategori ini dan dilakukan dengan cara yang sangat spesifik.

      Manusia adalah makhluk sosial dan personal. Eksistensi manusia tak terpisahkan dari interaksinya dengan dunia luar. Kualitas hidup manusia sangat dipengaruhi oleh individualitas dan hubungannya dengan dunia luar. Sejauh mana realitas hidup manusia didasarkan pada prinsip-prinsip moral yang intrinsik bagi setiap orang menentukan kualitas hidup manusia. Namun, prinsip-prinsip moral tidak selalu dijunjung tinggi dalam realitas eksistensi manusia. Tentu saja, realitas ini memiliki dampak negatif, baik bagi individu maupun orang lain. Upaya mereformasi diri merupakan jenis usaha yang secara eksklusif dilakukan oleh manusia. Manusia membentuk dirinya berdasarkan kesadarannya akan realitas serta pengalaman-pengalaman masa lampau dan masa kini yang belum sepenuhnya dipahami. hasil penelitian ini dapat diringkas sebagai berikut. 1) Imperatif kategoris yaitu, bahwa apa yang baik selalu baik dalam dirinya sendiri tanpa batasan ditekankan dalam filsafat moral Kant. Niat baik adalah fondasi moralitas. 2) Moralitas berpusat pada manusia, kodrat manusia sebagai makhluk independen dengan kesadaran untuk menilai tingkat kesejahteraan mereka sendiri berdasarkan komitmen moral. Tuntutan moral mengharuskan menjauhi kejahatan dan bertindak secara moral. 3) Imperatif kategoris Kant untuk merencanakan kehidupan yang baik di masa kini dan masa depan mengharuskan moralitas diwujudkan dalam tindakan nyata. 4) Karena pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, maka pendidikan harus dilaksanakan sesuai dengan komitmen moral.

      Dalam pendidikan, manusia bebas mengekspresikan seluruh potensi serta pemikiran kritis dan kreatifnya terhadap permasalahan dalam kehidupan. Di bidang pendidikan, sangat penting untuk menerapkan penekanan moral. Mengingat perkembangan teknologi informasi saat ini, sangat penting untuk memperkuat pengajaran moral melalui pendidikan karakter. Hal ini dilakukan agar manusia sebagai subjek pendidikan dapat mencetak pribadi yang berkarakter, berbudi luhur, serta mampu membedakan antara benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun