Generasi Abad 21 dituntut untuk mampu menghadapi segala tantangan arus globalisasi yang maha dahsyat, ditengah krisis multidimensi yang melanda bangsa Indonesia. Diantara krisis yang masi sulit dielakkan adalah; krisis kepemimpinan, ideologi, kemanusiaan, ekonomi, hukum dan invasi spiritual-intelektual yang kian mendera. Derasnya infiltrasi budaya asing yang syarat membawa nilai-nilai demoralisasi melalui kecanggihan teknologi; dari berbagai sudut dunia dapat diakses dengan instant oleh siapapun, dimanapun, kapanpun, dan dengan mudah dan murah.
Disadari atau tidak, tantangan-tantangan diatas praktis telah berubah seperti new colonialisme yang dipelopori oleh kekuatan neo-feodalisme dan neo-kolonialisme gaya baru. Penjajahan terhadap pola pikir atau ghazwul fikri ini meskipun tidak menjajah secara fisik tetapi, dapat merusak pola pikir bangsa Indonesia khususnya generasia muda. Sehingga hal tersebut membuat bangsa ini kembali seperti terjajah.
Jika hal ini tidak disikapi maka, makin hari keadaan ini makin parah. Untuk itu saatnya pemuda bergerak melawan dengan cara belajar, membangun koneksi jaringan akal sehat yang sesuai dengan tuntutan dan kemajuan zaman. Posisi-posisi kepemimpinan sudah harus diisi oleh pemuda-pemudi yang berparadigma revolusioner, berintegritas, berkarya-rasa-karsa-cipta, dan mengedepankan model kerja-kerja intelektual yang nyata, mengutamakan soft-confrontasi dari pada hard-konfrontasi dalam gerakan. Karena penjajahan yang dihadapi oleh generasi saat ini adalah penjajahan melalui media teknologi, bukan lagi dengan senjata api.
Bila sejenak mereview peristiwa-peristiwa diawal Abad 20 silam, dimana bangsa Indonesia waktu itu disibukkan dengan upaya menghalau penjajahan Asing. Kaum muda tampil terdepan, terlibat berjuang melawan para penjajah hingga akhirnya perjuangan itu membuahkan hasil kemerdekaan Bangsa Indonesia. Namun saat ini, pemuda memiliki tantangan yang berbeda dari sebelumnya. Kaum muda saat ini berada di Abad 21 dimana invasi spiritual-intelektual, propaganda dan konsipirasi global menyelimuti setiap aktivitas pemuda.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi internet dan gadget yang merambah disemua aktivitas termasuk politik dan bisnis. Masalah ini harus segera diatasi oleh kaum muda dengan memperkuat kesadaran ideologi, memperluas jangkauan pikiran dalam wadah besar yang didalamnya berkumpul setiap entitas kebangsaan: suku, agama, ras dan golongan.Â
Beradaptasi dengan cepat, melakukan navigasi yang lincah dan tepat, untuk memecahkan setiap permasalahan. Dengan kata lain Pemuda Abad 21 diharapkan mampu menjadi pemimpin masa depan. Menjadi change agent yaitu pihak yang mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik.
Persolan kemudian adalah apakah pemuda Indonesia khususnya pemuda Bolaang Mongondow Raya punya cakupan fungsi dan kemampuan berpikir kritis yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi?. Hari ini kita harus akui bahwa pemuda tidak mempunyai "grand design" yang jelas. Padahal secara kependudukan pemuda mempunyai kekuatan ± 34% dari populasi penduduk Indonesia, yang seharusnya menjadi potensi besar dalam menjawab setiap tantangan.
Sudah seharunya pemuda mempunyai desain besar yang menjadi blueprint atau titik fokus apa yang harus dikerjakan. Karena itu saya menawarkan desaian besar pemuda Abad 21 harus CHM (Cerdas, Humanis, Melineal). Dengan desain besar pemuda cerdas, humanis, dan melinial, maka diharapkan nanti kitalah generasi muda yang siap secara global dan kelak sebagai pelopor daerah dan bangsa kearah yang lebih maju.
Tentu ada yang bertanya apa yang dimaksud dengan "Cerdas, Humanis, Melineal" itu? Pertama; Pemuda Cerdas: berarti pemuda yang sempurna perkembagan akal budinya untuk berfikir dan mengerti. Cerdas bukan hanya sekedar pintar, tetapi juga bijak dalam mengaplikasikan ilmunya dengan tepat. Cerdas berarti dapat menyesuaikan diri dengan segala keadaan, segala perubahan, dan segala pemikiran.
Bukan dalam arti tidak punya pendirian sehingga mudah terombang-ambing. Tetapi harus memiliki pemikiran terbuka. Sebagai contoh, dalam menggunakan teknologi yang saat ini sudah berkembang amat canggih, maka gunakanlah teknologi ini dengan bijak untuk kepentingan yang berguna bagi daerah, bangsa dan negara. Jangan hanya menggunakan teknologi ini untuk sesuatu yang tidak berguna, apalagi dengan tujuan berbahaya yang mengancam keutuhan bangsa. Dengan langkah bijak dalam berfikir dan bertindak, itulah yang dikatakan pemuda cerdas sebagai mana tujuan bernegara kita yang termaktub pada UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kedua; Pemuda Humanis: dipandang sebagai pemuda yang memiliki gagasan-gagasan kecintaan berperi-kemanusiaan, keadilan, perdamaian dan persaudaraan. Secara historis pemuda zaman dulu sudah mendahuluinya dengan berjuang antara hidup dan mati demi mendeklarasikan "Sumpah Pemuda" yang kemudian menjadi tolak ukur betapa pedulinya pemuda-pemudi masa itu. Hal ini harusnya menjadi contoh bagi pemuda Abad 21 sebagai pewaris perjuangan. Bukan pemuda yang asik dengan alamnya, sibuk dengan akademiknya, sombong dengan kekuasaannya, serta bahagia dengan wirausahanya. Tetapi acuh terhadap lingkungan sekitarnya.