Mohon tunggu...
Abdurrofi Abdullah Azzam
Abdurrofi Abdullah Azzam Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia menjadi negara adidaya di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Poros Nasionalis Koalisi dan Poros Agamis Oposisi dalam Satu Atap

29 April 2021   06:02 Diperbarui: 29 April 2021   06:06 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petinggi PDIP bertemu petinggi PKS di Menteng. Foto : republika.co.id/ Rizkyan Adiyudha

Pertemuan petinggi PDIP sebagai poros nasionalis koalisi dalam satu atap dengan petinggi PKS sebagai poros agamis oposisi mengalihkan ketidakpuasan masyarakat Indonesia dari partai koalisi era Jokowi ke poros agamis oposisi.

Mungkin ini skema yang pernah dilakukan oleh PDIP sebagai poros nasionalis oposisi terhadap Demokrat sebagai poros nasionalis koalisi karena ketidakpuasan PDIP di era SBY sehingga hadirnya era Jokowi.

Pola demokrasi Indonesia yakni Jokowi sudah berhasil dituding PKI dan ia menjadi presiden dari PDIP. Maka, Anies juga sudah berhasil dituding ISIS kemudian ia dipersiapkan bursa calon presiden 2024 dari PKS.

Pola Demokrasi Indonesia Yang Sama Jokowi dan Anies dari Jakarta. Gambar : Antara/Hafizh Mubarak diolah pribadi
Pola Demokrasi Indonesia Yang Sama Jokowi dan Anies dari Jakarta. Gambar : Antara/Hafizh Mubarak diolah pribadi

Berbeda dengan Demokrat, PDIP sudah menyimpan proksinya bernama Anies Baswedan dari kader nasionalis PDIP yang pernah menjabat kursi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pindah ke poros agamis oposisi PKS menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Calon Presiden 2024.

Demokrat kesulitan menuju RI 1 mengusung AHY karena ia tidak memiliki rekam jejak jabatan publi sebagai Gubernur DKI Jakarta karena AHY kalah dari Anies Baswedan yang pernah gagal konvensi Demokrat untuk menjadi calon  presiden 2014.

Apakah asumsi itu cukup realistis untuk terwujud jika mengacu pada kultur dan iklim politik Indonesia selama ini hanya menerima investasi dari Tiongkok?

Jokowi dan Xie Jin Ping dalam poros ekonomi dan investasi. Gambar : Reuteurs/Minoru Iwasaki
Jokowi dan Xie Jin Ping dalam poros ekonomi dan investasi. Gambar : Reuteurs/Minoru Iwasaki

Tentu ini cukup realistis karena kepentingan nasional Indonesia tidak hanya  menerima investasi dari Tiongkok sehingga Indonesia harus melakukan ekspansi investasi ke negara timur tengah terutama Uni Emirat Arab yakni Mohamed Bin Zayed dengan konsep SWF.

Pembaca perlu mengetahui SWF atau Sovereign Wealth Fund sebagai cara jitu mengelola negara minyak membangun infrastruktur dengan investasi sehingga PDIP akan lebih legowo jika ini benar berhasil agar suntikan dana segar baru cair.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun