Pertemuan petinggi PDIP sebagai poros nasionalis koalisi dalam satu atap dengan petinggi PKS sebagai poros agamis oposisi mengalihkan ketidakpuasan masyarakat Indonesia dari partai koalisi era Jokowi ke poros agamis oposisi.
Mungkin ini skema yang pernah dilakukan oleh PDIP sebagai poros nasionalis oposisi terhadap Demokrat sebagai poros nasionalis koalisi karena ketidakpuasan PDIP di era SBY sehingga hadirnya era Jokowi.
Pola demokrasi Indonesia yakni Jokowi sudah berhasil dituding PKI dan ia menjadi presiden dari PDIP. Maka, Anies juga sudah berhasil dituding ISIS kemudian ia dipersiapkan bursa calon presiden 2024 dari PKS.
Berbeda dengan Demokrat, PDIP sudah menyimpan proksinya bernama Anies Baswedan dari kader nasionalis PDIP yang pernah menjabat kursi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pindah ke poros agamis oposisi PKS menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Calon Presiden 2024.
Demokrat kesulitan menuju RI 1 mengusung AHY karena ia tidak memiliki rekam jejak jabatan publi sebagai Gubernur DKI Jakarta karena AHY kalah dari Anies Baswedan yang pernah gagal konvensi Demokrat untuk menjadi calon  presiden 2014.
Apakah asumsi itu cukup realistis untuk terwujud jika mengacu pada kultur dan iklim politik Indonesia selama ini hanya menerima investasi dari Tiongkok?
Tentu ini cukup realistis karena kepentingan nasional Indonesia tidak hanya  menerima investasi dari Tiongkok sehingga Indonesia harus melakukan ekspansi investasi ke negara timur tengah terutama Uni Emirat Arab yakni Mohamed Bin Zayed dengan konsep SWF.
Pembaca perlu mengetahui SWF atau Sovereign Wealth Fund sebagai cara jitu mengelola negara minyak membangun infrastruktur dengan investasi sehingga PDIP akan lebih legowo jika ini benar berhasil agar suntikan dana segar baru cair.