Mohon tunggu...
Abdurrofi Abdullah Azzam
Abdurrofi Abdullah Azzam Mohon Tunggu... Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia menjadi negara adidaya di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Thailand, Negara Para Biksu Menerapkan Ekonomi Syariah

24 Februari 2021   20:12 Diperbarui: 24 Februari 2021   20:33 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biksu Thailand penuh kedamaian sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Buddha, ekonomi syariah adalah praktik umum bagi anak negara tersebut untuk menjalani perekonomian dengan minoritas beragama Islam.

Perbedaan biksu Thailand dan biksu Myanmar ialah kedamaian hatinya, mereka tidak memusuhi minoritas tapi mereka terbuka menerima nilai-nilai baik dari minoritas.

Jika pembelajaran liberalisasi pasar dari barat membuka pasar sebebas-bebasnya sehingga negara Thailand tidak bisa mengambil peran dalam ekonomi sedangkan pembelajaran komunisme negara terlalu ikut campur urusan rakyat Thailand sehingga rakyat tidak bisa mengambil peran dalam ekonomi.

Dalam perekonomian Thailand menerapkan perekonomian syariah belajar dari minoritas agar negara dan rakyat bisa sama-sama ambil peran terutama oleh Muslim Thai.

Mereka menganggap pemerintah saat ini lebih peduli terhadap umat Islam yang minoritas di Thailand sebagaimana dengan mayoritas Buddha. Ini memang membuat iri minoritas di Myanmar terutama dari etnis Rohingya beragama Islam yang sering diperlakukan tangan besi.

Tidak heran, agama islam ini banyak menopang aspek kehidupan dan budaya masyarakat Thailand karena mereka sering menerima wisatawan besar dari negara-negara Islam untuk mencicip hidangan halal khas Thailand.

Persaingan ketat sebagai negara mayoritas Budha untuk menerima wisatawan dari negara-negara Islam. Thailand menang telak melawan Myanmar mempopulerkan destinasi halal.

Negara Thailand dan Negara Myanmar populasi beragama Budha hampir 90 persen namun Thailand yang lebih diminati oleh wisatawan untuk destinasi halal. Ini adalah pelajaran untuk Indonesia apakah Indonesia dengan provinsi mayoritas non-Islam bisa menerapkan ekonomi syariah juga.

Indonesia belajar banyak strategi dari Thailand dalam mempopulerkan ekonomi syariah dan menarik minat wisata dari negara-negara Islam di timur karena orang-orang beragama Islam hanya berkenan memakai produk yang halal dibandingkan produk non-halal.

Dalam percaturan global Thailand lebih baik menangkap peluang dibandingkan Myanmar, orang Islam didunia lebih sayang pada biksu Thailand dibandingkan Biksu Myanmar karena mereka baik pada minoritas beragama Islam.

Thailand pandai membaca peluang mengenai ekonomi syariah karena kue ekonomi ini besar, pertumbuhan cepat dan orang Islam mereka percaya bahwa populasi banyak penting. Mereka juga mempelajari ucapan dari orang Islam yakni Nabi Muhammd tentang konsumsi mereka dan populasi mereka.

Dari agama Islam yang mulia ini mereka pelajari bahwa minoritas Thailand bahwa Nabi Muhammad mencintai umatnya mempunyai banyak anak. Tradisi ini persis sekali di Indonesia dengan istilah banyak anak banyak rezeki.

Jika pemerintah Thailand mengkampanyekan Halal is for everyone. Maka, negara pariwisata ini dikunjungi pelancong dari negara-negara Islam. Berbeda dengan Myanmar yang melakukan genosida pada etnis rohingya sehingga pelancong dari negara-negara Islam takut juga diperlakukan seperti minoritas beragama Islam.

Thailand menyampaikan ajaran Budha yang damai dan terbuka pada negara Islam sehingga pariwisata mereka maju.

Pariwisata Thailand memang agenda yang sering dikunjungi orang Islam termasuk Abdurrofi Abdullah Azzam. Selain itu, makin terlihat jelas bahwa Thailand menggunakan ajaran biksu yang damai tersebut membawa berkah dan rezeki terbukti pariwisata mereka maju.

Mereka secara ekspleksit menjamin kenyamanan bagi pelancong apapun agamanya dan warga negaranya dari berbagai latar belakang. Saat ini di dunia, halal telah dijadikan sebagai alat baru yang dari biksu 'mampu mendikte' para pembuat kebijakan negara untuk memajukan perekonomiannya.

Referensi : 1 2 3 4

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun