Hujan kerap menimbulkan berbagai perasaan sejak awal kedatangannya. Dimulai dengan mengubah warna awan yang mendatangkan kegelapan, namun tetap diterangi sinar matahari yang menembus tebalnya awan. Kemudian tumbuh perasaan takut dan cemas di awal yang lambat laun dalam prosesnya berubah menjadi rasa lega dan tenang. Memunculkan emosi yang bercampur aduk negatif dengan positif bahkan mendatangkan ingatan suka dan duka pada benak orang-orang. Dibalik semua emosi yang ditimbulkannya kerap menghadirkan berbagai macam cerita bagi setiap orang.
Anak-anak yang gembira menyambut hujan bagai hadiah yang datang ketika hari ulang tahun bersama teman-temanya. Bermain di tengah derasnya hujan memunculkan canda tawa yang memeriahkan kedatangannya. Orang tua yang berlari ke arahnya sambil berteriak bahwa hujan mendatangkan sakit bagi dirinya sendiri. Payung warna-warni yang bermunculan seolah melukis langit kota dengan karya seni mendadak. Genangan air yang menimbulkan nada-nada ketika dilewati orang-orang menambahkan kesemarakan seperti sebuah acara festival.
Namun bagi pedagang eskrim, kedatangan hujan bagai kabar buruk untuk dirinya. Dagangan yang biasanya ramai dikunjungi orang mendadak sepi seolah semua semangat pembeli ikut sirna diguyur hujan. Bagaimanapun, orang mana yang ingin menikmati kedinginan di tengah derasnya hujan yang melanda. Namun bagi pedagang bakso, hujan merupakan kabar baik seperti tangan Tuhan datang untuk membantunya. Setiap rintik hujan yang turun bagai doa yang terus mengalir untuk mendatangankan pengunjung membeli semangkuk bakso yang panas.
Begitu pula yang terjadi pada kehidupan sehari-hari, seorang pengendara yang sedang berteduh di tengah perjalanan karena terjebak derasnya hujan yang menerpa. Berharap hujan ini cepat berhenti seakan kabar buruk yang didapat dan tak ingin tersampaikan. Namun hujan justru jadi kabar gembira bagi orang di rumah, dengan keinginan hujan ini terus berlanjut. Membuat tidur menjadi nyaman dan tak ingin ia cepat pergi. Seakan gemercik rintik hujan membuat tangga nada sendiri yang tersusun menjadi sebuah lagu pengantar tidur yang merdu.
Perbedaan makna hujan juga bisa kita rasakan dari perjalanan hidup sendiri. Saat kecil, hujan adalah momen yang paling ditunggu-tunggu kedatangannya. Namun ketika beranjak menuju dewasa, hujan hanyalah sebuah penghalang untuk melakukan aktivitas yang menahan untuk berkumpul dengan teman-teman. Harapan hujan akan berlangsung lama pada saat kecil berubah seratus delapan puluh derajat ketika dewasa yang ingin hujan cepat pergi dan tak kembali lagi.
Pada akhirnya, hujan hanyalah suatu fenomena sehari-hari. Kadang ia hanya lewat seperti tokoh sampingan dalam sebuah film, tidak menonjol namun tetap memberi warna. Akan tetapi, makna yang lahir darinya bisa berbeda bagi tiap orang. Seperti hidup ini yang menyimpan suka dan duka, laba dan rugi, tawa dan tangis dalam satu paket yang tak terpisahkan.
Di balik rintik hujan ini, kita bisa belajar bahwa setiap kejadian yang dialami memiliki dua sisi yang berbeda seperti sebuah koin yang memiliki sisi angka dan gambar di sisi lainnya. Tidak ada kejadian dan peristiwa di dunia sepenuhnya baik atau sepenuhnya buruk. Semua tergantung dari cara kita memandang dan melihat. Jika hanya melihat sisi angka pada koin maka gambar tidak akan pernah muncul dalam hidup ini. Sebaliknya juga jika hanya sisi gambar yang dilihat maka angka tidak ada dihidup ini. Alih-alih mengeluh dengan berbagai alasan yang dikeluarkan, mungkin lebih bijak adalah menerima, lalu mencari secercah harapan yang tersembunyi di balik setiap rintik yang jatuh.
Bukan hanya soal menerima hujan, tetapi juga soal melatih diri untuk menyadari bahwa hal buruk yang kita alami selama ini belum tentu sepenuhnya buruk. Terkadang orang berkeinginan untuk bertukar posisi dengan kita, sebab itu merupakan hal baik yang belum dia miliki. Hujan berusaha untuk memberitahu kita semua bahwa di dunia ini penuh dengan perbedaan yang tertutupi oleh tembok tinggi. Tanpa sadar ia juga menutup pandangan kita bahwa hidup kita hanya seperti dan akan terus seperti ini.
Tidak ada satu keadaan pun yang bisa memuaskan semua orang sekaligus. Mungkin karena itu Tuhan menurunkan hujan tanpa menanyakan terlebih dahulu siapa yang senang dan siapa yang tidak.
Mungkin di sinilah hujan ingin mengingatkan kita bahwa setiap peristiwa membawa wajah ganda, tergantung dari sudut mana kita memandangnya. (Abdurrahman Wahid Arni Putra)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI