Mohon tunggu...
Abdu Rozaqi
Abdu Rozaqi Mohon Tunggu... - -

Stay Foolish, Stay Hungry

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Analisis Simulasi Perang Indonesia - Australia (2)

11 Oktober 2015   21:15 Diperbarui: 11 Oktober 2015   21:57 3193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Singapura, sikap anti-Indonesia semakin tidak terbendung. Singapura mengungkit-ungkit masalah kabut asap yang berasal dari Indonesia yang dianggap menganggu sektor pariwisata Singapura. Singapura juga mengingat betapa Indonesia berani memasang nama 'Usman Harun' sebagai nama KRI. Di sisi lain, Singapura tidak menginginkan perang, melihat bahwa jika perang berlangsung, Singapura dikepung dari segala arah dan kemungkinan besar dalam beberapa minggu perang Singapura akan terkalahkan. Malaysia lalu mengatakan kepada Singapura; "Tenang saja, Kami (Malaysia) akan membantu kalian. Kalian tidak usah takut." Mendengar hal tersebut, Singapura menjadi sedikit lebih tenang. Namun masih khawatir akan besarnya kekuatan militer Indonesia. Amerika lalu memasok alat-alat militer berat dan pasukan NATO mulai dialokasikan di Singapura melalui daratan Malaysia. Kurang lebih sekitar 5000 pasukan NATO ditempatkan di Malaysia dan sewaktu-waktu akan dialokasikan ke Singapura.

Di Indonesia, Amerika berniat memecah-belah rakyat Indonesia dengan cara menghembuskan kembali isu komunisme. Isu komunisme ini sangat sensitif dan biasanya militer langsung menghujat komunis dengan citra negatif dan memerangi mereka sehingga hal itu dipandang CIA sebagai jalan masuk yang efektif untuk memperkuat kembali paham komunisme dan mempersenjatai rakyat, lalu mengadu domba sesama rakyat. Hal tersebut cukup ampuh mengingat banyak warga Indonesia mudah sekali terhasut, ditambah lagi kebencian terhadap komunisme di Indonesia semakin meguat. Sebenarnya rakyat Indonesia jangan mudah terhasut dengan komunisme. Karena di masa mendatang, komunisme dipakai sebagai jalan ampuh bagi operasi intelijen asing, sedangkan kemampuan counter-intelligence Indonesia masih berada dibawah rata-rata (kemampuan Intelijen dalam menangkal operasi intelijen asing).

Dalam 20-30 tahun mendatang apabila Indonesia masih dipimpin oleh Presiden yang tidak hebat (hebat dalam artian yang sebenarnya; Bung Karno) dan tidak cerdik dalam memainkan percaturan politik nasional dan internasional, Indonesia dipastikan akan menjadi bulan-bulanan permainan asing dalam eksplorasi hasil tambang dan mineral, serta masuknya para investor asing yang kebablasan yang menyebabkan "asing" semakin kuat di Indonesia (dalam artian nasib Indonesia ada di tangan mereka atau Indonesia banyak bergantung dari mereka). Indonesia jelas akan menjadi korban Perang Asimetris yang semakin mengkhawatirkan. Generasi muda Indonesia semakin terjebak dalam jurang seks bebas dan semakin kehilangan arah. Indonesia pun tidak kunjung menerapkan Wajib Militer, padahal wacana ini sudah diusulkan sejak lama. 

Ketika perang dengan Singapura atau dengan Australia, dalam jangka panjang Indonesia jelas akan mengalami banyak kerugian. Namun rakyat melihat bahwa perjuangan harus terus diperjuangkan walaupun kerugian yang dialami sangat besar (kerugian dari sisi anggaran perang dan keterbatasan energi). 

Menurut hemat saya, CIA sangat mudah sekali menerobos masuk menyusup melakukan operasi seperti operasi-operasi intelijen di Indonesia, dan keluar dengan tangan bersih tanpa diketahui masyarakat Indonesia. Jika Australia menginginkan Indonesia mengalami kekacauan dan ingin membuat Indonesia kehilangan Papua, otomatis CIA akan bermain di Papua bersama dengan Australia. Asumsi saya, CIA akan mempersenjatai simpatisan serta anggota OPM, atau paling tidak warga Papua yang ingin lepas dari NKRI. Sangat mudah sekali CIA mempersenjatai mereka. CIA tidak serta merta mempersenjatai, tidak sesederhana itu. CIA harus mengambil kambing hitam untuk dipersalahkan atas siapa yang mempersenjatai OPM. Nah, disinilah CIA harus cerdik memainkan "kartu AS" mereka. Menurut saya, CIA pasti mencari oknum-oknum tentara Indonesia yang "kurang loyal" dan "menginginkan uang" melebihi pengabdiannya kepada NKRI. Oknum TNI yang tidak loyal itu tentu saja sangat tergiur dengan uang dan berharap bahwa ia bisa keluar dengan tangan bersih. Oknum TNI tersebut nantinya akan dimanfaatkan CIA sebagai dalang atas masuknya ribuan senjata ke Papua.

Kemungkinan operasi semacam itu sangatlah mungkin terjadi mengingat nantinya TNI lah yang disalahkan oleh dunia internasional. Lalu, yang ada dibenak kita? Apa jawaban oknum TNI jika ditanya mengapa ia menjadi dalang pemasok utama senjata ilegal untuk mempersenjatai OPM dan melakukan makar di tanah Papua? Tentu saja jawabannya mudah, pasti akan dijawab; "Saya tidak ingin rakyat Papua menderita lebih lama lagi dan saya ingin membebaskan mereka dari belenggu praktek kolonial yang dilakukan Indonesia. Cerita diatas bukanlah fakta dan tidak melebih-lebihkan. Cerita diatas merupaka opini pribadi saya tentang bagaimana operasi intelijen nomor satu dunia bekerja, sangat mudah sekali. Untuk itu bagi TNI, yang harus dilakukan untuk menangkal operasi intelijen semacam itu bukan dengan latihan yang keras atau kemantapan disiplin atau meningkatkan operasi Kopassus, melainkan kesejahteraan dan "perhatian" yang dicurahkan kepada prajurit di lapangan, terutama bagi prajurit yang bertugas di perbatasan-perbatasan luar Indonesia. TNI harus bertindak untuk mensejahterakan mereka, membuat hunian pos yang layak bagi prajurit di perbatasan, serta meningkatkan pengamanan pulau-pulau terluar dan wilayah yang rawan disusupi senjata-senjata ilegal. 
Perkiraan saya, Rusia tidak akan mengirimkan pasukan darat ke Indonesia jika kita asumsikan bahwa Rusia ingin membantu Indonesia.

Mengingat jarak yang jauh dan perjalanan yang melelahkan, hal itu kecil kemungkinannya. Belum lagi Amerika sudah pasti akan memblokir kapal-kapal pengangkut marinir Rusia dan kapal-kapal perang Rusia untuk masuk ke wilayah Indonesia dengan menutup jalur utama Laut Cina Selatan. Basis-basis militer Amerika di Singapura, Filipina, akan semakin meningkatkan armada laut dan udara mereka, serta meningkatkan aktivitas drone siluman mereka dan menerbangkan pesawat siluman Bomber mereka yang bisa terbang sangat tinggi (Northop B-2 Spirit). Kemungkinan akibat blokade yang dilakukan AS di Laut Cina Selatan, kapal-kapal perang Rusia mau tidak mau harus terlibat perang laut disana. Cina tidak mau tinggal diam saja dan segera mengirim kapal-kapal perang mereka untuk mengusir blokade Amerika. Intensitas yang tinggi di Laut Cina Selatan membuat Cina dan Rusia masuk ke gelanggang perang dengan bertempur melawan kekuatan AS yang berada di pangkalan wilayah pasifik.

USMC dan Navy SEAL menjadi keuntungan tersendiri bagi Amerika. Di saat yang sama dimana intensitas konflik Laut Cina Selatan meningkat, tim observer dari NAVY SEAL mempelajari wilayah lepas pantai mana yang sangat mungkin untuk dijebol, wilayah pesisir laut Indonesia mana yang tidak dijaga militer. Berminggu-minggu tim demolition NAVY SEAL memperhatikan perkembangan alokasi pasukan militer Indonesia dan mereka mendapatkan banyak celah masuk bagi pendaratan pasukan reguler. Namun, Amerika mengulur-ulur waktu dan tidak terburu-buru dalam melakukan invasi ke Indonesia, yang sebenarnya menjadi kontroversi dan perbicangan hangat di rakyat Amerika sendiri. Amerika tentu tidak ingin kegagalan terulang kembali seperti konflik yang pernah terjadi di Vietnam, serta kegagalan Amerika di Irak. Indonesia pasti akan menjadi mimpi buruk bagi Amerika, dan akan menjadi kuburan-kuburan massal Tentara Amerika jika Amerika memaksakan melakukan suatu invasi melalui pesisir pantai dan melakukan pertempuran darat secara terbuka.

Belum lagi Amerika memikirkan bahaya bahwa Perang Semesta jelas akan menjadi strategi perang yang berbahaya bagi pasukan darat dan akan memakan banyak korban. Indonesia sudah pasti akan memanfaatkan strategi perang semesta dengan melibatkan rakyat dalam perjuangan Indonesia melawan invasi Amerika. Jika wajib militer selesai dirampungkan dan Total Warfare diterapkan, jutaan "sukarelawan perang" pasti menjadi suatu kekuatan bagi TNI dalam memenangkan perang. Rakyat pasti akan bersatu melawan bentuk invasi militer apapun. Meskipun tim observer NAVY SEAL sudah mempelajari celah-celah masuk melalui laut lepas, Amerika tidak ingin begitu saja masuk dan mengorbankan banyak tentara mereka seperti yang terjadi di Normandy ketika pasukan AS melakukan invasi melalui lepas pantai Perancis dalam usaha mereka mengalahkan Nazi Jerman. 

Yang terlebih dulu dilakukan Amerika untuk mengalahkan Indonesia yakni; 1. Melakukan propaganda melalui media-media mainstream. (cara ini sangat ampuh seperti yang Barat mainkan di Timor Timur) 2. mempersenjatai warga sipil Indonesia yang berwatak radikal, berpotensi melakukan terorisme, atau mereka yang anti-nasionalis. 3. Menuduh Indonesia melakukan pelanggaran HAM di Papua. 4. Menuduh Indonesia serta menjelekkan militer kita dengan membeberkan fakta bahwa TNI lah yang memasok senjata ke Papua. 5. Mendesak PBB agar memberikan sanksi kepada Indonesia dan mengecam perilaku buruk Indonesia dengan mengangkat isu HAM. Dengan hal-hal semacam itu, otomatis seiring berjalannya waktu banyak pemberontakan dimana-mana dan di waktu yang sama TNI juga harus berjuang agar Papua tidak lepas baik dari "ulah bodoh pejabat negeri ini", "desakan PBB untuk melakukan referendum" maupun dari "pemberontakan massal". Ketiga hal itu nantinya akan menjadi ancaman di masa mendatang untuk bagaimana agar Papua bisa merdeka. Selama ini Papua dibiarkan tidak merdeka (oleh Amerika) karena satu alasan; Freeport. Indonesia di era-era sebelum Jokowi "terlalu bersahabat dan terlalu baik" dengan AS dan terus melakukan kontrak pembaharuan Freeport. Di era Jokowi saja dimana Indonesia sudah berani tegas menghadapi Freepot dan mengancam mereka untuk menurut kepada Indonesia (memberlakukan larangan ekspor bahan mentah ke luar, serta Freeport diharuskan membuat smelter). 

Sangat mudah sekali bagi NATO untuk masuk mengintervensi Indonesia. Sebelum Pasukan PBB masuk, Amerika terlebih dahulu memporak-porandakan Indonesia melalui keempat hal diatas tadi. Keempat hal itu sangatlah ampuh dan lama-kelamaan situasi menjadi lebih kacau dan TNI semakin berfokus untuk menghadapi pemberontakan dan makar yang terjadi dimana-mana. Kekacauan tersebut dipelajari dengan baik oleh CIA untuk bagaimana secara cerdik agensi dapat lebih memainkan teror mereka. Terorisme pun menjadi cara lain untuk mengalahkan Indonesia. CIA memasok bahan peledak dan mencari orang-orang yang radikal yang rela melakukan operasi bom bunuh diri di lokasi-lokasi strategis. Biasanya orang-orang semacam ini sudah terlanjur radikal dan menganggap bahwa bom bunuh diri adalah suatu jalan ke Surga dan suatu solusi agar cepat bertemu dengan Bidadari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun