Mohon tunggu...
Abduraafi Andrian
Abduraafi Andrian Mohon Tunggu... karena 140 karakter saja tidak cukup

suka baca apa saja, suka tulis suka-suka.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Menelusuri Batik Bumiaji dari Desa Ngoran, Blitar

22 September 2025   19:22 Diperbarui: 22 September 2025   19:22 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @bumiajiamazing 

Saya selalu punya ketertarikan khusus dengan batik. Setiap kali melihat motif-motifnya yang rumit, saya merasa sedang membaca sebuah cerita panjang tentang budaya dan jati diri bangsa.

Sejak kecil, saya selalu menganggap batik bukan sekadar kain, melainkan karya seni yang sarat makna. Setiap goresan lilin dan garis motifnya seperti menyimpan rahasia, doa, dan harapan dari pembatik yang menorehkannya.

Ada kesungguhan yang terasa begitu mendalam, seolah waktu ikut melambat ketika sebuah kain putih perlahan berubah menjadi kanvas penuh cerita. Bagi saya, inilah keindahan batik: ia lahir dari ketekunan, kesabaran, dan cinta pada tradisi yang tak lekang oleh zaman.

Batik juga memberi saya perasaan terhubung dengan masa lalu. Ketika memandang motif parang, kawung, atau mega mendung, saya merasa seakan sedang berdialog dengan nenek moyang yang menitipkan pesan lewat simbol-simbol itu.

Ada nilai kesederhanaan, kebijaksanaan, hingga semangat perjuangan yang terkandung di dalamnya. Mungkin inilah alasan mengapa batik selalu membuat saya merasa lebih dekat dengan akar budaya saya sendiri. Ia tidak hanya melekat di tubuh, tetapi juga menyentuh hati.

Dan yang paling saya kagumi, batik adalah bukti nyata bahwa tradisi bisa abadi melalui tangan-tangan manusia. Di balik setiap kain yang tercipta, ada ketekunan yang tak tergantikan oleh mesin, ada jiwa yang hidup di setiap titik dan lengkungannya.

Kesungguhan itulah yang membuat batik bagi saya terasa klasik, anggun, dan penuh wibawa. Inilah warisan budaya yang layak untuk terus dijaga dengan rasa hormat dan cinta.

***

Karena itu, ketika mendengar ada sebuah desa yang konsisten melestarikan batik dengan sentuhan kreatifitas baru, saya langsung penasaran. Desa itu adalah Desa Ngoran di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, desa yang kini dikenal bukan hanya karena alamnya, tetapi juga karena batik Bumiaji yang lahir dari tangan-tangan warganya.

Awalnya, batik di desa ini digagas oleh Anjani Sekar Arum, seorang lulusan Seni dan Desain Universitas Negeri Malang. Sejak 2014, ia mulai memamerkan batik karyanya hingga sempat dilirik oleh Kedutaan Ceko. Dari situ, jalan menuju pengakuan global terbuka. Namun, kisah sesungguhnya justru berawal ketika ia pulang ke Bumiaji dan memutuskan untuk mengajar anak-anak desa membatik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun