Saya masih ingat lawakan Cak Lontong di depan Presiden ke-7 yang melegenda itu.Katanya, kurang lebih begini :
"Brasil boleh juara mengalahkan Jerman, Argentina boleh juara tapi pernah kalah dengan Jerman. Jerman juga pernah kalah dengan Brasil. Tapi semua negara itu belum pernah mengalahkan Timnas Indonesia. Mari kita pertahankan ini!"
Seluruh ruangan tertawa.
Tapi di balik tawa itu, ada satire yang menohok:
kita ini bangsa yang sering bangga bukan karena sudah menang, tapi karena belum kalah.
Mental Tanpa Target: Dari Stadion ke Kantor Kementerian
Lucunya, semangat "yang penting main bagus" itu bukan cuma ada di sepak bola.
Di dunia birokrasi, kalimatnya berubah jadi "yang penting serapan anggaran tinggi."
Padahal baik di lapangan maupun di kementerian, prestasi diukur dari hasil, bukan laporan.
Kita terlalu sering menghitung berapa besar biaya latihan, bukan berapa banyak gol tercipta.
Sama halnya dengan lembaga yang sibuk menyusun laporan rapi berlembar-lembar,
padahal di luar sana rakyat masih antre bansos dan gaji honorer belum cair.
Masuk Pak Purbaya: Gebrakan Fiskal dan Logika Target
Lalu datanglah Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan baru yang penuh gebrakan.
Figur teknokrat yang berpikir seperti spreadsheet hidup: tegas, logis, dan tidak suka basa-basi.
Di tangannya, keuangan negara mulai diatur dengan prinsip sederhana tapi tajam:
"Uang keluar harus ada hasil. Kalau tidak ada hasil, anggaran dianggap gagal."