Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ketika Karya Lebih Penting Dari Kertas, Masih Perlukah Ijazah diperdebatkan ?

20 Mei 2025   05:12 Diperbarui: 20 Mei 2025   05:34 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ijazah (foto diunggah dari Kompas.id)

Alvin Toffler dan John Naisbitt, Karya atau Ijazah?

Sekarang kita tengok ke dunia pemikiran futuristik. Alvin Toffler dan John Naisbitt adalah dua tokoh besar yang mengguncang dunia dengan ide-ide mereka. Toffler dengan buku "Future Shock" dan "The Third Wave", serta Naisbitt dengan "Megatrends" -- semuanya menawarkan pandangan yang melampaui zaman.

Yang menarik, karya-karya mereka bukanlah hasil dari pakem akademik yang kaku. Mereka tidak terlalu peduli dengan gelar doktor atau metodologi riset ala kampus. Justru karena berpikir bebas dari belenggu akademik, mereka mampu melahirkan gagasan spektakuler yang masih relevan hingga sekarang.

Apakah kita pernah menggugat ijazah Toffler atau Naisbitt ketika membaca karya mereka? Tidak. Kita justru menikmati gagasan brilian yang membawa kita merenungkan masa depan dengan sudut pandang yang lebih segar.

Jika kita terjebak pada kaku dan baku dunia akademik, mungkin karya-karya tersebut tidak akan pernah lahir. Jadi, wajar kalau Rocky Gerung bilang, "Ijazah bukan tanda orang pernah berpikir."

Realita vs. Formalitas

Kalau kita bandingkan dengan Jokowi, mungkin ada yang bertanya: apakah ijazahnya asli atau palsu? Tapi, mengapa tidak fokus pada apa yang telah dilakukannya? Rakyat lebih merasakan jembatan penghubung dan jalan mulus daripada sekadar kertas pengakuan akademik.

Seperti halnya Toffler dan Naisbitt, Jokowi juga punya gagasan besar dalam membangun infrastruktur. Bedanya, gagasan itu tidak dituangkan dalam buku, tetapi diwujudkan dalam proyek nyata di lapangan. Jadi, yang lebih penting bagi kita adalah apa yang bisa dinikmati masyarakat dari karya pemimpin, bukan sekadar lembaran yang menandai gelar.

Refleksi, Kertas atau Karya?

Pada akhirnya, kita sebagai masyarakat tentu lebih menghargai hasil nyata daripada terjebak pada legalitas administratif yang mungkin tidak relevan. Kalau kita sibuk mengulik selembar ijazah masa lalunya, kita justru mengabaikan apa yang sudah dikerjakannya selama 10 tahun.

Seperti halnya Daendels yang diingat karena jalan Anyer-Panarukan, bukan gelarnya, Jokowi juga akan dikenang bukan karena nomor ijazahnya, tapi karena jalan-jalan yang membentang menghubungkan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun