Iklan Pinjol yang Menggoda
"Butuh dana cepat? Gak perlu ribet! Hanya dalam hitungan detik, uang langsung cair! Aman, terpercaya, dan resmi berizin OJK! Nikmati kemudahan tanpa jaminan, tanpa syarat berat!"
Kalimat-kalimat seperti ini hampir setiap hari menghiasi layar ponsel kita. Dari TikTok, Instagram, hingga YouTube, iklan pinjaman online (pinjol) dan fitur paylater seolah muncul tanpa henti. Pesannya begitu menggiurkan: cepat, mudah, dan bisa cair dalam sekejap.
Bagi sebagian orang yang punya disiplin keuangan tinggi, iklan semacam itu mungkin tidak terlalu menggoda. Mereka paham betul bahwa uang harus dikelola secara linier, sesuai pemasukan dan kebutuhan.Â
Namun, bagi anak muda yang penuh tantangan dan gaya hidup serba cepat, godaan pinjol dan paylater justru terasa seperti solusi instan yang sulit ditolak.
Tekor Demi Kesohor,Gaya Hidup Digital yang Menjebak
Siapa sih yang nggak ingin terlihat keren dengan gadget terbaru, fashion branded, atau liburan mewah di destinasi populer? Di era serba digital ini, tampil gaya seolah menjadi tuntutan. Dunia maya penuh dengan foto liburan eksotis, outfit kece, dan nongkrong di kafe hits.
Paylater, Â Beli Sekarang, Bayar Nanti
Awalnya, konsep paylater terasa seperti jawaban atas keinginan tanpa batas. Siapa yang tidak tergoda dengan tawaran:
- Bunga 0% atau cicilan ringan.
- Tanpa uang muka, cukup klik dan barang langsung datang.
- Tenor fleksibel, mulai dari 30 hari hingga 12 bulan.
Namun, realitanya, paylater sering kali jadi bumerang. Awalnya terasa ringan, tapi saat cicilan datang bertubi-tubi, kepala mulai pening. Tidak sedikit yang akhirnya harus gali lubang tutup lubang demi menutup tagihan.
Pinjol, Solusi Instan yang Menjebak
Pinjaman online menawarkan dana cepat tanpa syarat rumit. Ketika kebutuhan mendesak datang, pinjol terasa seperti dewa penyelamat. Namun, masalah muncul ketika bunga mulai membengkak dan denda keterlambatan terus bertambah.
- Banyak pengguna akhirnya terjerat dalam siklus:
- Pinjam ke pinjol A untuk bayar pinjol B
- Gaji habis buat bayar cicilan, tanpa sisa untuk hidup sehari-hari
- Skor kredit rusak karena terlambat bayar
Gaya Hidup atau Mentalitas?
Tak bisa dipungkiri, fenomena Biar Tekor Asal Kesohor ini muncul dari tekanan sosial. Ketika teman-teman sudah pakai gadget baru, nongkrong di kafe kekinian, dan liburan ke tempat hits, muncul rasa takut ketinggalan (FOMO).
Namun, perlu dipahami bahwa gaya hidup seharusnya tidak dipaksakan. Jika ingin tampil gaya tapi dengan utang yang menumpuk, sama saja dengan menggali kuburan finansial sendiri.
Sinyal Bahaya, Ketika Gaya Mengalahkan Logika
Di media sosial, flexing memang terasa menyenangkan. Setiap upload foto mewah, ada rasa bangga ketika like dan komentar berdatangan. Tapi apakah sepadan dengan tekanan finansial yang datang kemudian?
- Tanda-tanda Kamu Mulai Terjebak:
- Cicilan Melebihi 30% dari Penghasilan:
- Sudah dalam fase bahaya. Idealnya, cicilan tidak boleh lebih dari 30% pendapatan bulanan.
- Gali Lubang Tutup Lubang:
- Mulai pinjam di pinjol lain untuk bayar pinjol sebelumnya.
- Dikejar Debt Collector:
- Tidak mampu bayar tepat waktu, akhirnya dihantui telepon terus-menerus.
Jangan Bangga Kalau Sudah Sampai Tahap "10 Jurus Hadapi Debt Collector"
Ketika sudah berada pada tahap ini, hidup bukan lagi soal flexing tapi bertahan dari tekanan. Kalau debt collector sudah datang, mental harus benar-benar kuat. Jangan sampai gegabah, tetap tenang dan siapkan bukti-bukti.
Namun, jika belum sampai tahap itu, masih ada waktu untuk mengendalikan diri:
- Tahan Diri Sebelum Klik "Beli": Pikirkan, apakah barang itu benar-benar penting?
- Cek Bunga dan Denda: Jangan asal setuju tanpa membaca syarat dan ketentuan.
- Susun Prioritas Keuangan: Jangan sampai pengeluaran lebih besar dari pemasukan.
- Bijak dalam Bergaya: Gaya hidup tidak selalu identik dengan barang mahal.
Gaya Hidup vs Realita Utang
Jika kamu tetap memaksakan menggunakan paylater dan pinjol tanpa perhitungan matang, bersiaplah menghadapi dua kenyataan pahit:
Report BI Checking
Nama kamu bisa masuk daftar hitam, dan segala impian kredit seperti rumah dan kendaraan akan sirna.
Ketahanan Mental Jurus Anti Debt Collector: Bersiaplah menghadapi tekanan psikologis ketika debt collector mulai menggedor pintu dan menelepon tanpa henti.
Jika tidak mampu menghadapi semua itu, siap-siaplah menjadi bagian dari piutang macet yang hidupnya tidak pernah lepas dari teror dan ancaman. Ingatlah, hidup tenang tanpa utang lebih baik daripada gaya mewah yang hanya sesaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI