Dalam satu tampah Sego Golong, tidak hanya ada nasi, tetapi juga sayur dan lauk-pauk. Ini melambangkan keberagaman sumber pangan yang perlu dijaga.Â
Maka Food Estate juga perlu mempertimbangkan potensi pangan lokal yang beragam---umbi-umbian, kacang-kacangan, dan tanaman hortikultura---sebagai bagian dari sistem yang menyatu, tidak bergantung pada satu jenis komoditas.
Lebih jauh, Sego Golong mengajarkan semangat kesetaraan. Dalam satu tampah, semua orang bisa menikmati bersama, tanpa sekat sosial. Nilai ini menuntun agar program Food Estate melibatkan petani kecil, komunitas adat, dan masyarakat lokal sebagai subjek utama, bukan hanya pelengkap atau buruh dalam proyek raksasa.
Sego Golong bukan hanya nasi bulat, melainkan lambang kearifan yang dapat menjadi dasar pembangunan pangan nasional.Â
Ketika filosofi seperti ini dihidupkan dalam program-program besar seperti Food Estate, Indonesia tidak hanya membangun ketahanan pangan, tapi juga merawat jati diri dan keseimbangan hidup.Â
Dari budaya, kita belajar: pangan bukan hanya urusan logistik, tapi juga soal moral, relasi, dan spiritualitas. Inilah jalan menuju kedaulatan pangan yang sejati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI