Berbuka puasa selalu memiliki makna lebih dari sekadar melepas dahaga dan lapar setelah seharian berpuasa. Bagi saya dan rekan-rekan di Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), momen ini juga menjadi kesempatan untuk bertukar pikiran, menyusun langkah, dan membangun gagasan besar.
Di sela-sela kesibukan, kami berkumpul dalam suasana santai, bukan hanya untuk menikmati hidangan berbuka, tetapi juga membahas sesuatu yang lebih luas: masa depan pembinaan haji dan transparansi keuangan haji di Indonesia.
Seperti biasa, Sekretaris Jenderal memberikan paparan tentang isu-isu yang tengah berkembang, sementara Ketua Umum menyampaikan arahan strategis.Â
Kami membahas bagaimana lebih dari 200.000 jemaah haji yang kembali ke tanah air setiap tahun belum memiliki pembinaan pasca-haji yang terstruktur. Beberapa jemaah pulang dengan semangat baru, tetapi tanpa bimbingan lanjutan, sebagian dari mereka justru semakin eksklusif dalam pemahaman keagamaannya.Â
IPHI telah berusaha mengisi kekosongan ini secara mandiri, namun belum ada dukungan regulasi yang memperkuat peran ini secara nasional.
Sebuah pertemuan yang tak terduga, namun semakin menguatkan keyakinan bahwa ide dan pemikiran yang kita tuangkan, sekecil apa pun, bisa berkontribusi dalam perubahan yang lebih besar.
Sambil menunggu beduk Maghrib, kami merangkum hasil diskusi---membahas usulan pembinaan pasca-haji yang wajib dimasukkan dalam Undang-Undang, menjadikan IPHI sebagai mitra strategis pemerintah, dan mewajibkan program pembinaan sebagai bagian dari penyelenggaraan haji.Â
Semua ini bukan sekadar wacana, tetapi akan kami bawa ke rapat dengar pendapat dengan DPR, agar gagasan yang berkembang saat berbuka puasa ini bisa menjadi bagian dari kebijakan nyata.
Hari itu, saya kembali diingatkan bahwa berbuka puasa bukan hanya soal mengisi perut, tetapi juga tentang mengisi ruang pemikiran dengan gagasan-gagasan yang bermakna. Dalam kebersamaan dan diskusi, ada semangat yang terus tumbuh---semangat untuk memperbaiki, membangun, dan menjadikan setiap pertemuan sebagai langkah menuju perubahan.
Karena sejatinya, berbuka yang paling bermakna bukan hanya tentang apa yang kita santap, tetapi juga tentang apa yang kita pikirkan, diskusikan, dan perjuangkan bersama.