Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menang di Awal, Kalah di Akhir, Saat Ujian Sukses Justru Menjadi Jalan Kehancuran.

2 Maret 2025   06:29 Diperbarui: 2 Maret 2025   06:29 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sukses di puncak tergelincir jatuh (Foto Kompas.com)

Singkatnya, sekali korupsi, hidupnya bertransformasi.

Ibarat orang yang pertama kali mencicipi makanan mahal, lidahnya jadi naik kelas. Jika dulu cukup nasi goreng abang-abang, sekarang maunya harus fine dining. Begitu juga dengan gaya hidup mewah yang datang dari korupsi. Makin lama, makin mahal. Makin mahal, makin butuh uang lebih banyak. Dan karena gaji sah tidak cukup untuk menutupi gaya hidup itu, solusinya? Korupsi lagi.

Begitulah lingkaran setan itu berjalan.

Masalahnya, aparat penegak hukum bukan sekadar penonton. Mereka ini seperti pemancing yang sabar, menunggu ikan besar menggigit umpannya. Para koruptor yang makin rakus pun makin mudah terjerat. Lalu, begitu tertangkap, barulah sadar bahwa semua yang mereka kejar hanyalah fatamorgana.

Gagal Butuh Perjuangan, Sukses Juga Butuh Perjuangan

Banyak orang mengira perjuangan hanya ada dalam kegagalan. Jika gagal, harus bangkit lagi. Tapi mereka lupa, sukses juga butuh perjuangan untuk mempertahankannya. Bedanya, jika perjuangan dalam kegagalan adalah tentang bertahan hidup, maka perjuangan dalam kesuksesan adalah tentang bertahan dari godaan.

Justru di puncak itulah ujian sebenarnya dimulai.

Seorang teman pernah bercerita, "Dulu, pas belum punya duit, ngeliat tas branded ya biasa aja. Tapi setelah punya duit, tiap lihat tas langsung kebayang gimana keren kalau dibeli." Begitulah sifat manusia---ketika mencapai sukses, standar kebutuhannya ikut naik. Dan jika tidak dikendalikan, maka sukses itu justru berubah menjadi jalan menuju kehancuran.

Mari kita pakai analogi lain.

Bayangkan seorang pria yang tadinya cuma tukang ojek biasa, tiba-tiba menang lotre miliaran rupiah. Awalnya, ia masih biasa saja. Tapi begitu uang di tangan, mulailah gaya hidupnya berubah. Mulai pakai jaket kulit mahal buat ngojek (walaupun panas), mulai beli motor gede (padahal bensinnya mahal), dan mulai nongkrong di kafe mahal (padahal tidak suka kopi). Singkatnya, hidupnya berubah drastis.

Masalahnya, uang lotre itu bukan penghasilan tetap. Tapi karena sudah keenakan hidup mewah, akhirnya mulai gali lubang tutup lubang. Dan seperti cerita para koruptor tadi, ujung-ujungnya? Kembali ke titik nol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun