Di kampung saya, Karanglo, Jombang, kenduri itu ibarat Wi-Fi gratis, ada di mana-mana dan menghubungkan semua orang. Tak peduli kaya atau miskin, semua duduk bersama, makan bersama, dan pulang dengan hati lega.
'Lho, sejak kapan kita butuh program makan gratis? Wong kenduri sudah ada dari dulu!' kata Mbah Karto sambil minum kopinya yang sudah dingin. Semua orang setara, duduk bersama, saling mendoakan, dan menikmati hidangan dengan hati yang lapang.
Tradisi ini sudah mengalir turun-temurun tanpa perlu aturan pemerintah. Tak ada hajatan yang lewat tanpa kenduri, entah itu lahiran, kematian, khitanan, panen, bahkan sampai urusan genting seperti tetangga yang baru beli sepeda motor.
Kenduri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah, dan sebagainya. Kenduri atau yang lebih dikenal dengan sebutan selamatan atau kenduren (sebutan kenduri bagi masyarakat Jawa) telah ada sejak dahulu sebelum masuknya agama ke Nusantara.
Tinggal bagaimana kita menata ulang tradisi ini agar lebih sistematis dan berkelanjutan, bukan cuma soal makan tapi juga bagaimana masyarakat bisa menikmati manfaatnya lebih luas.
Bentuk Cinta dan Keikhlasan
Kenduri adalah bentuk cinta dan keikhlasan. Tidak ada keterikatan antara tuan rumah dan tamu, semua datang dengan niat tulus, semua pulang dengan doa yang sama: 'Kabul kajate nggih, mugi barokah.'
Kenduri bukan soal siapa yang memberi atau menerima, tapi tentang berbagi dengan tulus.
Masyarakat Muslim sudah sejak lama menjadikan kenduri sebagai wujud rasa syukur. Tidak ada beban anggaran negara, tidak ada rasa ketergantungan. Semua berjalan alami, gotong royong, dan saling membantu. Inilah yang membedakan kenduri dengan program makan bergizi gratis (MBG).
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah inisiatif baik, tetapi perlu dikaji lebih dalam. Seharusnya program ini tidak hanya sekadar memberikan bantuan, tetapi juga memberdayakan masyarakat agar tetap mandiri.
Jika MBG bisa dikelola dengan pendekatan gotong royong, berbasis komunitas, dan melibatkan peran aktif masyarakat, maka dampaknya akan lebih luas dan berkelanjutan.