Mohon tunggu...
Abdul Wahid
Abdul Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang dan Penulis sejumlah buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mari Kita Militan Jadi Densus Anti Terorisme

1 Desember 2021   07:15 Diperbarui: 1 Desember 2021   07:33 2113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa tahun lalu, kasus penangkapan Dian Yulia Novi di Bekasi dapat dijadikan contohnya. Penangkapan Dian ini sekaligus membuktikan, jejaring terorisme bukan domain kaum lelaki semata, melainkan sudah melibatkan jejaring kaum perempuan secara aktif. Bermula dari seorang tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri yang bersimpati dengan perjuangan Islam di Suriah, Dian mengaku mengalami proses indoktrinasi jihad qital melalui internet, khususnya melalui jejaring Facebook dan situs radikal yang lain, termasuk situs jihad online yang dikelola Aman Abdurrahman.

Tanpa kaderisasi yang terencana atau terprogram dengan baik, terorisme tidak akan mampu menjalankan misinya. Kaderisasi dari kalangan perempuan merupakan  bagian dari "generator" utama yang membuat terorisme bisa menunjukkan akselerasi modus operandinya yang variatif dan diversifikatif.

Kalangan perempuan yang direkrut itu diposisikannya lebih militan, sehingga jika ini berhasil diwujudkan secara terus menerus dan akseleratif, terorisme mempunyai kekuatan "istimewa", terlebih dalam hal kerelaan mati saat beraksi.

Selain itu, kerelaan untuk mati dengan cara meledakkan diri atau menantang ditembak aparat di beberapa kasus terorisme merupakan produk dari "sekolah" yang diantaranya dalam bentuk Lembaga Pendidikan dan korporasi  yang dikonstruksi oleh jaringan terorisme yang sudah mempunyai kemapanan, termasuk dalam membangun "sekolah masifikasi teroris untuk perempuan". Kondisi demikian inilah yang terkadang kurang terbaca dengan cerdas dan obyektif oleh masyarakat. Masyarakat ini terkadang mengesampingkan sisi doktrin eksklusif yang diinternalisasi oleh kelomom fundamentalis, padahal dari tahap demi tahap, mereka dibentuk menjadi kelompok yang dicondongkan "kurang" menyukai kelompok atau pihak lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun