Mohon tunggu...
Abdul Rahman Azis
Abdul Rahman Azis Mohon Tunggu... Pegiat Desa

Membaca, Menulis, dan Membumi di Desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Langkah Kecil dari Desa, Dampak Besar Untuk Lingkungan @KompasianaDESA

16 Mei 2025   19:00 Diperbarui: 16 Mei 2025   18:47 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Doc Pemdes Leuwimunding

Kalau dulu kita berpikir permasalahan sampah cuma terjadi di kota-kota besar, sekarang anggapan itu sudah harus kita buang jauh-jauh. Nyatanya, tumpukan sampah kini juga mulai jadi pemandangan sehari-hari di desa-desa. Semakin banyak penduduk, makin banyak pula sampah yang dihasilkan. Sayangnya, belum semua desa siap menghadapinya.

Coba deh jalan-jalan ke lahan kosong di pinggiran desa, pasti sering terlihat tumpukan sampah yang menumpuk begitu saja. Padahal, lingkungan desa yang asri dan bersih adalah salah satu kekuatan yang harus kita jaga bersama.

Pada Tahun 2025 ini Kemendes PDT sudah menjadikan pengelolaan sampah sebagai salah satu prioritas penggunaan dana desa TA 2025. Artinya, desa-desa punya kesempatan besar untuk serius mengatasi masalah ini. Beberapa desa bahkan sudah mulai mengalokasikan anggarannya untuk urusan sampah.

Namun, sebagian besar upaya ini masih sebatas penyediaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) saja. Tanpa ada pemilahan atau pengelolaan yang baik, TPS justru bisa jadi sumber masalah baru. Alih-alih menyelesaikan, kita malah cuma ‘memindahkan’ sampah dari rumah ke TPS.

Tapi jangan khawatir, selalu ada cahaya di tengah tumpukan sampah—eh, maksudnya harapan di tengah masalah! Salah satunya datang dari Desa Leuwimunding, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Kepala Desa setempat, Aang Rukman Lesmana, menunjukkan bahwa desa juga bisa berinovasi dan bergerak lebih maju.

Sumber: Doc Pemdes Leuwimunding
Sumber: Doc Pemdes Leuwimunding

Pak Aang resah melihat sampah yang semakin menumpuk di desanya. Tapi beliau nggak cuma diam saja. Dengan semangat dan kreativitas, ia menciptakan alat pembakar sampah dari drum bekas—dan hebatnya lagi, alat ini tidak menghasilkan asap!

“Saya sedang mencoba berinovasi membuat alat pembakar sampah dari drum bekas tanpa menimbulkan asap. Alhamdulillah, alat ini sudah bisa digunakan, walaupun masih dalam tahap uji coba dan terus dievaluasi agar bisa lebih sempurna,” ujar Pak Aang dengan penuh semangat.

Wah, keren banget ya! Inovasi seperti ini membuktikan bahwa desa punya potensi besar untuk mengelola sampah secara mandiri, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Yuk, desa-desa di seluruh Indonesia, jangan mau kalah! Mulailah dari langkah kecil: pisahkan sampah organik dan anorganik di rumah, adakan pelatihan daur ulang, bentuk tim relawan lingkungan, atau bahkan ciptakan inovasi seperti yang dilakukan oleh Kepala Desa Leuwimunding.

Sampah memang masalah, tapi kalau dikelola dengan baik, justru bisa jadi berkah. Saatnya desa jadi garda terdepan dalam menjaga bumi kita tetap bersih dan sehat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun